Soal Penutupan Tambang Pasir , Bupati Deno : Saya Tidak Tinggal Diam

Bupati Manggarai Nusa Tenggara Timur, Deno Kamelus tidak emosional merespon tindakan polisi yang menutup lokasi gali pasir Wae Reno dan semua tambang pasir di wilayah itu. Deno memastikan tidak akan mengintervensi penegakan hukum. Namun sebagai bupati ia prihatin dengan penahanan enam pemilik lahan pasir Wae Reno di Desa Ranaka Kecamatan Wae Ri’i.

Sambil mengikuti perkembangan kasus ini, Bupati Deno telah melakukan kordinasi dengan Gubernur NTT, Frans Lebu Raya. Deno juga telah menghubungi Kapolres Manggarai, AKBP Marselis Sarimin. Deno melapor ke Gubernur Lebu Raya karena terjadi stagnasi pembangunan pasca penutupan lokasi tambang pasir. Ia menghubungi AKBP Sarimin dalam rangka mencari solusi terkait persolan galian C.

“Saya sudah telpon pak Gubernur. Respon bliau adalah akan mengutus tim ke Ruteng berkaitan dengan proses perijinan galian C yang kini menjadi kewenangan Pemprov NTT. Saya juga telah menghubungi pak Kapolres, bliau saat ini masih di Atambua, Senin baru tiba di Ruteng, yang pasti kami akan duduk membahas masalah galian C,” ujar Deno kepada ratusan warga dari Desa Ranaka, Rabu 30 Agustus 2017 yang memintanya menyelesaikan persoalan tambang pasir Wae Reno yang disegel polisi.

Baca juga  Polisi dan Pemda Manggarai “Disindir” Pasca Penyegelan Pasir Wae Reno

Dihadapan masyarakat dan mahasiswa, Deno menegaskan,  ia tidak tinggal diam dalam kasus ini buktinya ia intens berkordinasi dengan pihak terkait.

“Kalau ada yang ditahan, saya prihatin untuk itu. Atau ada anak sekolah yang terganggu biaya sekolahnya karena ayah mereka masuk penjara, saya juga bisa rasakan itu. Mari kita sama-sama mencari solusi, jangan malah bikin keruh situasi dengan menulis aneh-aneh di media sosial,” imbuhnya.

Baca juga  Gua Politik Di Seputar “Pasir Galian C”

Lebih lanjut, Bupati Deno mengaku tidak bisa tidur tenang sebab penutupan lokasi galian C, berimbas pada mandeknya pembangunan di wilayah itu. Ia menjelaskan, sedikitnya 500 rumah bagi warga miskin mesti diperbaiki segera. Namun proyek ini tidak bisa dieksekusi karena ketiadaan pasir.

Deno berkata, ia juga telah menyiapkan laporan ke Kementerian Keuangan terkait tersendatnya penyerapan anggaran oleh karena terganggunya pekerjaan infrastruktur.

“Mestinya hingga 30 Agustus penyerapan anggaran yang ditransfer dari pusat sudah mencapai 70 persen. Kalau begini kondisinya kan bisa jadi soal. Pencairan proyek tidak bisa tuntas, yang ada nanti bupati malah didemo kontraktor,” urai dia.

Baca juga  Kisruh Tambang Pasir Wae Reno, Polisi Didesak Bebaskan Enam Warga yang Ditahan

Menurut Bupati Deno Kamelus, ia tak lantas dipersalahkan dalam masalah penutupan lokasi galian C oleh polisi. Ia sendiri kata Deno, masih putar otak supaya tidak terjadi stagnasi pembangunan.

“Saya sudah bentuk tim identifikasi tempat galian pasir yang baru menggantikan Wae Reno. Tentunya temuan itu akan dites di laboratorium Dinas PU tapi kita mesti mendiskusikan dengan Kapolres lagi seperti apa mekanismenya. Saya minta pihak yang nimbrung dalam penyelesaian masalah ini jangan memperkeruh masalah, yang benar adalah cari solusi dari pada saling menyalahkan,” cetusnya. (js)

Tag: