Ketakjuban yang Mendatangkan Cinta! (Sebuah Sketsa ke Arah Ekowisata Pariwisata Manggarai Timur)

Danau Rana Kulan, danau Rana Tonjong, pantai Watu Pajung, hutan lindung Pong Dode, air terjun Cunca Rede dan Cunca Ncuar, mata air panas Rana Masak dan Rana Roko, jembatan alam Tetes Tanah, air terjun di Cunca Radi Ntangis, pantai Laing Lewe dan Teluk Ninge adalah barisan nama yang sudah akrab dengan keindahan alam.[iii]

Dalam ranah wisata budaya, Manggarai Timur memiliki kekayaan yang luar biasa dengan ritual adat, tarian tradisional pun tarian kreasi baru. Ritual adat semisal Cear Cumpe (inisiasi individu ke dalam masyarakat), Roko (penerimaan seorang gadis ke dalam klan suami), Kélas (upacara penyelamatan orang yang telah meninggal) dan penti (upacara syukuran panen).[iv]Tarian tradisional seperti Raga Sae, Caci (pertarungan pria dengan menggunakan cemeti)[v], Vera, Sanda, Mbata, Danding, Rangkuk Alu menjadi sajian budaya yang indah.Khusus untuk tarian Vera[vi], yang diasalkan pada wilayah Rongga, menjadi kekhasan Manggarai Timur yang tidak dijumpai di Manggarai lainnya.

Baca juga  NTT Darurat Moral! (Catatan Akhir Tahun 2017)

Potensi wisata ini di Manggarai Timur merupakan mutiara yang kini sedang menunjukkan diri, untuk ditemukan, ditata, dikelolah secara professional demi membentuk multiple effect untuk masyarakat Manggarai Timur. Pada satu sisi, pariwisata ini berorientasi pada profit (dimensi ekonomis), tetapi di sisi lain, berkiblat pada penemuan estetika kehidupan yang berwajah plural: alam yang eksotik dihuni manusia yang berbudaya. Dua daya tarik yang menjadi simpul wisata di Manggarai Timur.

Baca juga  PNS Dan Perilaku Berwajah Ganda Dalam Politik

Membentuk Sketsa Ekowisata

Manggarai Timur merupakan kabupaten yang dimekarkan tahun 2007 dari kabupaten induk Manggarai.Kabupaten yang memiliki luas wilayah 2.643.41Km2 ini memiliki 9 kecamatan.Di bagian Timur, kabupaten ini berbatasan langsung dengan kabupaten Ngadha.Secara geografis, Matim, demikian biasa disingkat berada diantara 08.14’LS-09.00LS dan 120.20’BT-120.55’BT.Memiliki iklim tropis dengan dua musim yakni hujan dan kemerau, wilayah Matim dipadati pegunungan dan lembah yang subur serta sungai-sungai yang terbilang memiliki debit air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pengairan persawahan dan air minum penduduk.[vii]

Data tahun 2009, penduduk kabupaten Matim berjumlah 243.819 jiwa. 82,39% dari penduduknya bekerja di sector pertanian, terutama pertanian bahan pangan. Tanaman perkebunan bertumbuh subur di Matim dan menjadi andalan PAD yang terus dikelolah.Tanaman kopi jenis Arabica dan Robusta, kemiri, kakao, cengkeh, kelapa, vanili adalah jenis yang menjadi andalan income masyarakat.

Baca juga  Kopdit St. Mikael Nunang Merger dengan KSP Kopkardios

Dengan luas kawasan hutan sebesar 176.930 hektar dengan pembagian hutan produksi, hutan lindung dan hutan taman wisata dan taman nasional, menjadikan Matim sebagai wilayah penghasil oksigen yang besar untuk wilayah Flores Barat.

Membahas eksistensi pariwisata Matim berarti menerjunkan diri dalam pusaran pikiran untuk mempertemukan keagungan alam ciptaan Yang Kuasa dan kebijaksanaan yang terlahir dari rahim budaya manusianya.Karena itu, tak dapat menghindari konsep dan gagasan tentang ekowisata yang secara ringkas dapat dinyatakan di sini.

Tag: