Ini Poin yang Dihasilkan dari Pelatihan Aktor Kunci Pangan dan Gizi di Tingkat Desa untuk Intervensi Stunting Multipihak

 

Pelatihan Aktor Kunci Pangan dan Gizi di Tingkat Desa untuk Intervensi Stunting Multipihak telah selesai digelar di Aula Efata Ruteng, 27-29 Agustus 2018. Photo : floressmart.

Floressmart—Pelatihan Aktor Kunci Pangan dan Gizi di Tingkat Desa untuk Intervensi Stunting Multipihak telah selesai digelar di Ruteng Ibu Kota Kabupaten Manggarai NTT dari tanggal 27-29 Agusutus 2018.  Dilangsungkan di Aula Efata, kegiatan ini merupakan kerja sama Yayasan Ayo Indonesia dengan Pemkab Manggarai dalam rangka menekan angka stunting.

“Tujuan kegiatan tersebut yakni melatih para aktor kunci di desa intervensi stunting multipihak dalam tema-tema pangan dan gizi seperti stunting serta penyiapan 1000 HPK agar bisa diadvokasi di tingkat desa sehingga dapat menurunkan jumlah anak stunting di 3 desa intervensi yaitu Desa Pong Lengor, Desa Satar Loung, dan Desa Watu Tango” ujar Koordinator Program Ayo Indonesia, Eni Setyowati, Jumat 31 Agustus 2018.

Baca juga  Gempur Stunting di Manggarai, Rekomendasi HPS ke 38

Dari hasil pendalaman Ayo Indonesia disimpulkan bahwa peserta pelatihan dari 3 desa intervensi stunting multipihak belum memahami persoalan tentang pangan dan gizi yang ada di desa masing-masing.

“Tentang stunting, kepala desa masih belum paham intervensi apa yang akan dilaksanakan di tingkat desa dengan dukungan ADD,” bebernya.

Dikatakan Eni, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (BPMPD) Kabupaten Manggarai selaku instansi teknis yang memfasilitasi pelaksanaan program-program pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa telah merumuskan beberapa poin tentang prioritas penggunaan dana desa.

Eni menambahkan, sebagaimana dijelaskan Furmentus K Gunawawan salah satu pembicara mewakili Kepala BPMPD Manggarai dalam kegiatan ini menjelaskan, pemerintah pusat untuk tahun 2018 masih memprioritaskan ADD untuk pembangunan sarana olahraga di desa, BUMDES, embung, dan infrasrtuktur. Sementara pada tahun 2019 dipastikan salah satu prioritas penggunaan ADD adalah untuk isu pangan dan gizi dalam rangka menekan angka stunting yang telah menjadi program nasional.

Baca juga  Gubernur Laiskodat Gandeng Lembaga Agama Atasi Stunting di NTT

“Masalah stunting dan kemiskinan merupakan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Masyarakat miskin mengalami disparitas pangan sehingga menyebabkan malnutrisi kronis atau stunting, selain itu kondisi Desa yang tidak mendukung seperti sumber air bersih sebagai kebutuhan pokok masyarakat,” cetus Eni.

Dikatakan Eni, BPMPD telah menjelaskan kepada para peserta yang hadir beberapa poin mengenai Kunci Pangan dan Gizi di Tingkat Desa untuk Intervensi Stunting Multipihak antara lain melalui program padat karya tunai yang merupakan bantuan langsung dari program pembangunan desa agar meningkatkan daya beli masyarakat miskin di desa terutama keluarga yang memiliki anak stunting.

Baca juga  Begini Penanganan Stunting dan Imunisasi di Wae Belang Selama Corona

“Untuk Kondisi desa yang kesulitan sumber air bersih, melalui program unggulan ADD tahun 2018, desa dapat membangun embung, jika tidak sesuai dengan kondisi topografi di desa maka alternatif lain adalah membangun atau mengadakan tangki atau bak penampung bagi warga desa. Solusi yang lain adalah dengan kerjasama dengan Dinas PU,” katanya.

Sementara Field Staff atau petugas lapangan Yayasan Ayo Indonesia, Maria Erika Dogas menjelaskan, kedepannya perlu diadakan sosialisasi langsung di desa-desa tentang tema-tema penting yang berkaitan dengan pangan dan gizi serta penggunaan ADD yang dapat dimanfaatkan untuk program pangan dan gizi.

“Adapun Kegiatan-kegiatan konkrit  yang  akan dimasukan kedalam Rencana Kerja Desa (RKD) tahun 2019 yaitu; penyuluhan tentang stunting, pendataan ttg BUMIL dan Balita, pendataan Pasangan Usia Subur, pemberian makanan tambahan, bantuan pupuk kepada kelompok tani, membangun kebun untuk menghasilkan pangan, bantuan benih sayur-sayuran kepada kelompok tani untuk pemanfaatan pekarangan,” urai Erika. (js)

Tag: