Sosok Gaspar Ehok Dimata Keluarga

floressmart.com- Gaspar Parang Ehok meninggal dunia dengan tenang Kamis malam (25/2), usai didiagnosa menderita batu empedu. Dia sempat dirawat  di RS Panti Rapih Yogyakarta selama  tiga hari atas permintaan sendiri.

Fisik yang lemah membuat mantan Bupati Manggarai (1988-1999) ini tidak lanjut dioperasi, karena tim medis Panti Rapih menemukan ada tumor bersarang di tubuhnya.

Ia meninggalkan seorang istri bernama Sri Hartuti Ehok dan memiliki tiga anak yakni Hari Ranaka Wijaya (almh), Diah Kuswijayanti, dan Adi Ehok.

“Keluarga berharap beliau bisa dikuburkan di Kampung Ruteng Pu’u. Namun ini dikembalikan kepada Bu Tuti dan pemerintah, ” ujar John Ehok, adik kandung Gaspar Ehok (Jumat, 26/2) di bilangan Kampung Ruteng Pu’u.

Gaspar yang lahir di Kampung Ruteng pada 9 April 1946 merupakan anak sulung dari  16 saudara dari pasangan Almarhum Siprianus Ehok dan Almarhumah Donata Jenalus.

Ia belajar di SDK Taga, SMP Seminari Kisol, SMA Suryadikara Ende, dan Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Semasa kuliah ia aktif pada organ kepemudaan Persatuan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) di Marga Daerah Istimewa Yogyakarta.

“Saya sama-sama dengan Kakak Gaspar di Yogyakarta. Dan yang paling berkesan bagi saya, dia sangat disiplin serta menghargai kemampuan orang lain, “tutur John Ehok, anak ketiga dalam keluarga Ehok sembari meneteskan air mata.

Bagi John, kekuatan  Gaspar selama mememang “Landuk” pemerintahan di Manggarai adalah dia selalu mengutamakan kepentingan publik, bukan kepentingan kelompok. Apa yang dilakukan harus dengan disiplin dan sesuai hukum yang berlaku.

Dia berhasil menyatukan Manggarai  terutama di bidang transportasi. “Sebagai keluarga, yang membanggakan bahwa dia selalu diceritakan secara positif setelah lepas jabatan,” ucap John.

John bersua kakaknya terakhir kali kala Kampanye Akbar Deno Madur tahun lalu. Perjumpaan itu meninggalkan kisah tersendiri. Gaspar ingin  mengatasi masalah ekonomi keluarga besar dengan membuka koperasi di Kampung Ruteng.

Aset Gaspar tersisa di Kampung Ruteng di antaranya rumah keluarga dan beberapa bidang tanah yang ia usahakan sendiri. Bahkan, ia juga membelikan sebidang tanah untuk bapak kecilnya yang masih hidup.
Kata John, ia selalu memberi motivasi untuk para adiknya untuk mengusahakan kehidupan yang lebih maju.

Maksimus Antar dan Kosmas Gengkor, dua tokoh adat Kampung Ruteng menyebutkan,
akan ada Ritus Kapu dan Tinu Haeng Nai untuk menghormati melepas dan menghormati almarhum di rumah duka.

“Kabarnya jenasah akan dibawa ke Ruteng pada Sabtu 27 Februari, ” ujar Gengkor.

Gengkor menilai, Gaspar berhasil setelah Bupati Frans Sales Lega meretas isolasi di Nusa Lale. Jalan, perkantoran, sarana kesehatan dan pendidikan, air bersih, dan penerangan dibuka begitu luas di zaman Gaspar.
Sikapnya terhadap keluarga pun tegas namun baik.

Mantan staf Gaspar Ehok, Mikael Weko menilai, Gaspar itu pribadi yang cerdas. Buktinya ia dipanggil Gubernur El Tari untuk mengabdi di Provinsi.

“Pak Gaspar cerdas, baik, bijaksana, dan disiplin. Dia merintis banyak jalan setelah Bapak Frans Sales Lega,” tutur Weko.

Dia berkesan, ada tiga sosok Bupati yang sudah membuat perubahan fenomenal di Manggarai yakni Bapak Frans Sales Lega, Gaspar Parang Ehok, dan Christian Rotok.

“Saat ini (red, 26/2)jenasahnya diterbangkan dari Denpasar menuju Kupang. Sabtu (27/2) baru dikembalikan ke Kampung Ruteng,” jelasnya.

Pantauan floressmart.com, di rumah duka tampak keluarga besar Ehok dan Kampung Ruteng. Hadir untuk melayat di antaranya Kepala Kesbangpolinmas Manggarai Aleksius Asisi Mahu dan beberapa pejabat lain. Keluarga pun sudah menyiapkan tenda perkabungan untuk menyambut almarhum. (fro)

Beri rating artikel ini!