floressmart.com—Sediktnya 73 orang warga kampung Nggorong Desa Bea Rahong Kecamatan Ruteng Kabupaten Manggarai Propinsi Nusa Tenggara Timur ‘ngungsi’ ke kantor bupati setempat, Kamis 25 Agustus 2016. Mereka ketakutan setelah diancam akan dibunuh oleh warga kampung tetangga. Mereka membawa selimut, pakayan serta alat masak dan termos air. Puluhan murid Sekolah Dasar yang masih mengenakan seragam sekolah juga ikut menyelamatkan diri ke kantor bupati.
“Kampung kami didatangi oleh ratusan orang bersenjatakan Parang dan Tombak Kamis pagi. Mereka memaki dan mengancam akan membunuh kami dan memaksa kami tinggalkan kampung. Merasa takut akan dibunuh kami akhirnya membawa istri dan anak-anak kami ke Ruteng. Dari kampung kami menyewa mobil,” Tutur Damianus Hambur di kantor bupati Manggarai, Kamis petang.
Dikatakan Hambur, sebelumnya warga kampung Nderu Rahong dan kampung Nampo Rahong membongkar batu mesbah kampung dan merusak rumah adat kampung Nggorong. Meski begitu warga kampung Nggorong kata Hambur lebih memilih tidak melawan daripada terjadi pertumpahan darah.
“Mereka itu menyatakan perang dan berniat menduduki kampung serta hendak menguasai kebun-kebun milik kami orang Nggorang,” Ujar pria 54 tahun itu.
Dijelaskan Damianus, konflik antara warga kampung yang tinggal di satu desa itu dipicu sengketa lahan komunal (lingko). Konflik antara penduduk yang masih berhubungan darah itu bergulir sejak Juni 2016.
Rapat Darurat
Usai menerima kedatangan warga Nggorong, Bupati Manggarai Kamelus Deno langsung menggelar rapat darurat bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda). Hadir dalam rapat tertutup itu, Kapolres Manggarai AKBP. Totok Mulyanto, Perwira Kodim 1612 mewakili Dandim Imron Rosadi, Kajari Ruteng Agus Riyatno serta Ketua Pengadilan Negeri Ruteng, Richmon P.B Sitorus.
Disepakati Forkompinda Manggarai bahwa persoalan itu akan diselesaikan oleh Pemda Manggarai. Poin lain yang diteluarkan dalam rapat itu yakni melarang para pihak yang bersengketa untuk tidak melakukan aktifitas di lokasi sengketa selama proses penyelesaian masalah oleh Pemda. Kemudian, tiga kampung yang terlibat konflik masing-masing kampung Nggorong, Nampo dan Nderu akan dijaga aparat keamanan.
“Intinya pemerintah tidak mau rakyatnya konflik. Untuk itu kita tawarkan opsi penyelesaian soal itu oleh pemerintah. Selama proses penyelesaian,tiga kampung itu dijaga aparat keamanan,” Ungkap Bupati Kamelus Deno.
“Sehingga tidak perlu lagi ada yang mengungsi seperti ini. Kasihan masyarakat ini diteror rasa takut. Pemerintah tentunya mengambil langkah-langkah strategis dalam menyelsaikan masalah di desa Bea Rahong. Saya tidak akan membiarkan kelompok masyarakat berperang. Segala persoalan pasti ada solusi tanpa harus tumpa darah,” Kata Deno menambahkan.
Senada dengan bupati Deno, Kapolres Manggarai Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Totok Mulyanto memastikan kampung-kampung yang terlibat konflik di Desa Bea Rahong kembali kondusif. Dihadapan warga Nggorong yang bertahan di kantor bupati, AKBP. Totok pun berjanji memberi rasa aman kepada warga Nggorong seraya meminta warga Nggorang untuk tidak terprovokasi.
“Situasi keamanan Desa Bea Rahong saat ini sudah dikendalikan. Ada anggota Polres, pasukan Brimob dan TNI berjaga 24 jam di Nggorong, Nderu dan Nampo. Sehingga bapak ibu boleh pulang. Kasihan anak-anak ini,supaya murid sekolah dasar juga sudah bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah,” Ungkap Totok.
Setelah mendapat arahan dari Bupati Deno dan Kapolres, warga kampung Nggorang yang sempat bertahan enam jam di kantor bupati akhirnya pulang Kamis malam. Mereka diangkut dengan mobil polisi ditambah angkutan umum dikawal ketat aparat keamanan.
Informasi yang dihimpun, konflik saling klaim kepemilikan lahan komunal tepatnya di Lingko Betong, antara warga kampung Nggorong melawan kampung Nderu Rahong bersama kampung Nampo Rahong sudah bergulir sejak Juni 2016. (js)