Pemimpin Yang Peka Dan Prihatin Terhadap Realitas  

floressmart.com—Pemimpin yang dimaksudkan disini adalah mereka yang dipercayakan oleh rakyat dalam dan melalui demokrasi. Mulai dari tingkat desa ampai ditingkat pusat. Setiap Pemilihan Umum (PEMILU) selalu ada harapan. Harapan itu menjadi tanggungjawab para pemiminpin yang telah dipercayakan oleh rakyat.

Harapan untuk terwujudnya perubahan pada setiap sektor kehidupan. Harapan untuk memperbaiki kesalahan para pemimpin sebelumnya. Harapan untuk mewujudkan kebutuhan rakyat, yang belum dipenuhi oleh pemimpin sebelumnya.

Harapan untuk melanjutkan pembangunan yang berorientasi pada kebutuhan rakyat, dan lain-laian. Sejalan dengan harapan itu, rakyat sangat membutuhkan pemimpin yang peka dan revolusioner. Peka terhadap kebutuhan dan ketertinggalan rakyatnya serta prihatin atas jeritan rakyat.

Pemimpin yang peka membaca realititas sosial adalah mereka yang sungguh menyadari keikutsertaanya dalam meciptakan keadilan sosial.  Karena itu roh yang menggerakanya adalah membebaskan rakyat dari praktek ketidakadilan, keterpurukan dan jeritan rakyat yang tanpa batas.

Menyadari pemimpin sebagai figur sentral  untuk  menyejukan hati rakyak dalam dan melalui pelayanan publik yang membebaskan rakyat, pemimpin tidak dapat dipisahkan dari masyarakat, berkaitan dengan hal ini Brown (1936) berpendapat bahwa pemimpin tidak dapat dipisahkan dari kelompok, akan tetapi boleh dipandang sebagai suatu posisi yang memiliki potensi tinggi dalam menghadirkan kedamaian, ketentraman dan kemajuan di bidang ekomoni, pendidikan, pertanian dan lain-lain.

Dalam hal sama, Krech dan Crutchfield memandang bahwa dengan kebaikan dari posisinya yang khusus dalam kelompok ia berperan sebagai agen primer untuk penentuan struktur kelompok, suasana kelompok, tujuan kelompok, dan aktivitas kelompok.

Baca juga  Bocah Penakluk Gunung

Dengan demikian, NKRI adalah kelompok besar yang sangat majemuk dijiwai UUD 1945 dan Pancasila. Baik pemipin dan orang dipimpin (rakyat) harus mengamalkan nilai-nilai luhur pancasila dalam menjalankan roda (kepemimpinan) kehidupannya. Dengan demikian harusnya diskriminasi, isu SARA dan penyelewengan pembangunan tidak ada di negeri ini. Namun sebaliknya mata hati menutup rasa peka dan keprihatin para pengambil kebijakan oleh nafsu materialistik dan konsumtif yang mengorbankan rakyat.

Dari kelompok besar ini, ada kelompok dalam  dalam kelompok. Yang dimaksudkan adalah  dari (dalam) Propinsi ada  Kabupaten, dari (dalam) kabupaten ada (kecamatan) Desa. Kelompok-kelompok itu digerakkan oleh jiwa yang sama, yakni jiwa nasionalisme. Dan mempunyai tujuan yang sama pula, yakni mewujudkan kesejahteraan umum berdasarkan amanat UUD 1945 dan Pancasila.

                                  Feliks Hatam

Feliks Hatam

Jadi, dari tingkat nasional sampai ditingkat lokal dibutuhkan   (1) pemimpin yang peka untuk mendorong  semangat yang kreatif dan terarah pada kesejahteraan umum dan berjalan bersama masyarakat  dalam mencapai tujuan dengan cara yang pasti tanpa ada sekat-sekat pemisah. (2) kepemimpinan berarti proses/kegiatan atau kesanggupan menggerakkan/mempengaruhi dan menuntun rakyat mencapai tujuan-tujuan tertentu, yang bersifat umum, (3) dengan kepekaan dan rasa keprihatinan dengan peran sentralnya  seorang pemimpin sebagai alat untuk mewujudkan tujuan negara menurut tata undang-undang. Tanpa  diskriminasi, melainkan demi pengabdian yang total kepada rakyat, mengaplikasikan janji yang diikrarkan di depan saksi sebagai komitmen untuk menghadirkan cinta dan mewejudkan perdamain umum, kesetaraan pelayanan kepada siapa saja demi keuntungan seluruh keluarga manusia indonesia.

Pemimpin adalah pekerjaan dan panggilan

Pemimpin adalah pekerjaan. Pekerjaan yang harus diselesaikan dalam kurung waktu tertentu, dan konsisten terhadap komitmen.  Visi dan misi adalah komitmen seorang pemimpin. Visi dan misi adalah pedoman dalam melahirkan kebijakan sambil memperhatikan situasi real masyarakat.

Baca juga  Belajar dari Anggota Tubuh Membangun Iklim Sosio-Harmonis (Interprestasi Kontekstual IKOR: 12: 12-31)

Sebagai pekerjaan, pemimpin harus melangkah dengan penuh bijaksana. Membuka mata hati untuk  membaca dan melihat realitas rakyat yang membutuhkan uluran tangan para pemangku kebijakan.  Disinilah letak kepemimpin yang lebih dari sekedar perkerjaan atau jabatan., tetapi sebagai panggilan untuk melayani.

Melanyani untuk membebaskan rakyat yang keterbelakangan pembangunan. Itulah sebabnya pemimpin sebagai pohon yang tidak pernah gugur demi cintanya kepada rakyat. Demi menciptakan kesejukan bagi rakyat. Sebab pemimpin sebagai pekerjaan, bukan hanya mengubah hal tertentu dalam masyarakat, melainkan sebagai wadah pengembangan diri dan selalu belajar dari situasi sosial atau kebutuhan masyarakat. Disinilah, kepekaan seorang pemiminpin sangat dibutuhkan. Peka untuk membaca sistuasi dan kebutuhan rakyat.

Pemimpin sebagai pekerjaan yang selalu bekerja dan berjuang untuk kepentingan rakayat (merayak). Bukan mengatasnamakan rakyat demi kepentingan pribadi.  Memberikan pelayanan publik yang total, seperti air minum, jalan raya,dan lain-lain yang berkualitas. Bukan asal-asalan.

Walaupun setiap tahun selalu saja ada pengerjaan jalan raya dan proyek air minum, kalau tidak berkuliatas (tahan lama) sama saja bohong. Ya, soal kuantitas kita akui, tapi kualiatas dari setiap proyek (khusus jalan raya dan air minum) masih dipetanyakan.

Pemimpin yang merakyat adalah mereka yang peka dan melayani kepentingan rakyat tanpa batas. Artinya  melayani dan memperjuangkan kepentingan rakyat adalah lahan para pemimpin. Bukan mengerjain rakyat dengan janji-janji manis yang tidak pernah diwujudkan. Sebab demokrasi sejati adalah dari rakyat-oleh rakyat dan untuk rakyat.

Baca juga  Satu Tubuh Banyak Anggota: Beragam Sebagai Kekayaan

Itu artinya, dengan kepekaan dan keprihatinan terhadap rakyat sebagai perpustakaan hidup yang selalu dibaca dan dikunjungi oleh para pengambil kebijakan sebagai sumber aktual dan tepat dalam merumuskan dan merealisasikan anggaran, serta dasar dalam merumuskan kebijakan.

Menjalankan perkerjaan dengan kepekaan dan menjadikan rakyat dengan segala situasinya sebagai perpustakaan hidup adalah awal para pemimpin untuk mengatahui situasi dan keadaan pembangunan di seluruh wilayah yang dipimpinya.

Dari perpustakaan yang selalu hidup itu, Ia belajar banyak, mengembangkan kemampuannya, bahkan melampaui dirinya. Kemampuan itu, lebih bernilai dari harta kekayaan. Sehingga kerja sebagai penggilan adalah benar-benar ruang bagi manusia untuk secara bebas menaburkan kasih, dan cinta yang tak terbatas.

Tak terbantahkan pula, pengabdian secara total untuk mewujudkan panggilan itu, kerja pula adalah wahana menjadikan diri dan orang lain sebagai pather dalam mewujudatkan amanat UUD 1945 dan Pancasila, spirit ini menjadikan seorang pemimpin  bagai air yang menciptakan keteduhan, ketenangan, keindahan, ketentram dan kesejahteraan/bonum comune.

Kemauan dan kemampuan untuk selalu peka dan prihatin dengan keadaan rakyat setidaknya bisa melumpuhkan nafsu korupsi, dan kembali untuk konsisten terhapap pelayanan publik yang utuh dan total. Menyelenggarakkan dan mengawasi pembangunan (proyek) secara tegas dan ketat, demi hasil yang berkuliatas, dan difungsikan dalam waktu yang lama oleh rakyat.

Apakah pemimpin kita sangat peka dan prihatin dengan realitas rakyat yang dipimpinya? Apakah sejauh ini pemimpin kita sudah mewujudkan visi dan misinya? Semoga.***)

(Feliks Hatam adalah alumni pendidikan Teologi STKIP ST.Paulus Ruteng)

Tag: