Wafatlah Kasih
*Fitri Wolos
Jalan sengsara
Pengingat cawan akan darah
“Yang ditumpahkan bagimu”
Bunga karang bercuka asam
Dengan dalih pelepas dahaga
Dicucukkan pada bibir tak berdosa
Mahkota duri menghiasi kepala
Lalu darah pun membasuh wajah
Oleh palu, paku itu ditancapkan di antara tulang
Kembali darah mengalir dari nadi
Engkau terjatuh tiga kali
Manusia pun kembali menggali lubang dosa yang sama
Iman seakan tak mendalami deritaMu
Cipratan pemeo para pengawal menghujaniMu tanpa henti
Tiang penghukuman itu menjadi saksi
Betapa kerasnya Engkau disiksa
Betapa kejamnya kami.
Di tiang penghukuman ini, tidak hanya pribadi manusia yang tergantung
Di sini wafatlah Kasih, Putra Allah yang menjadi manusia.
Bertobatlah selama nafas masih bersama kita.
Pengampunan
**Fitri Wolos
Dalam tatap yang sama
Di tempat yang tak asing lagi
Jiwa yang haus akan kasih bertekuk lutut
Dalam sukmanya, ia merindukan kedamaian
Ke dalam lubang yang sama ia masuk dengan sengaja
Hingga penyesalan seakan merenggut segala kebahagiaan
Ada ingatan yang seharusnya dibedah
Bahwa sesungguhnya tubuhmu adalah Tubuh Kristus
Mengapa tak dikasihi?
Bahwa seharusnya tubuhmu adalah Bait Roh Kudus
Mengapa sikapmu tak penuh dengan kasih?
Ketika penyesalan datang hingga merenggut kedamaian
Ingatlah bahwa pengampunan selalu ada.
Beroleh Jawab
*Fitri Wolos
Air mata mengalir tanpa jejak
Tetesnya berurai menembus batas
Kebingungan melanda hingga menguyah akal sehat
Diri terpukul oleh sesal
Menyelam ke relung jiwa,
Mencari arti perdebatan logika
Meretas setiap asa
Namun tak terpecahakan
Masih terus buram, kemudian gelap.
Roh kudus pun menghampiri,
Dengan tangis terisak,
Bertekuk lutut,
Mengatup tangan,
Menundukkan kepala,
Pendar cahaya lilin,
Menemani pembicaraan denganNya
Sang Kekasih Ilahi
Dalam keheningan teramat sangat
Kembali berenang ke relung jiwa
Jauh menyelam lebih dalam…
Tak ada yang tertutup
Berdoalah
Maka beroleh jawab.
Fitri Wolos adalah anak tunggal dari pasangan Petrus Sais Wolos (Alm) dan Mefi Lendo. Bagi Fitri, sangat penting memperkenalkan kedua orang tua, sebagai bentuk penghargaan atas jasa orang tuanya. Pemilik nama lengkap Anastasia Safitri Wolos adalah lulusan Strata 1 di Universitas Negeri Padang jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fitri lahir di Ruteng pada 3 September 1993. Fitri menulis puisi karena puisi telah mengabadikan sebagian hidupnya. “Puisi adalah aku.”, begitulah Fitri menghayatinya. Fitri juga merupakan anggota Komunitas Sastra Hujan Ruteng.