Hai wanita hebatku, apa kabar dirimu di sana?
Apakah dirimu merindukanku?
Hai wanita hebatku, apa yang engkau lakukan di sana?
Apakah engkau tidak ingin memeluk diriku?
Sepi, tersiksa, dan kecewa yang kurasakan
Apakah engkau mengalami hal yang sama seperti diriku?
Mama….
Kata inilah yang sering kuucapkan saat aku sedang terluka, tersakiti, dan menangis
Tapi, apakah engkau masih mendengarkanku ketika aku mengucapkannya lagi?
Mama?
Di mana dirimu?
Aku lelah, aku sedih, aku sakit, aku tersiksa
Apakah engkau bersedia mendengarkan semua keluh kesahku?
Mama….
Mengapa engkau diam?
Mengapa engkau tidak menegur aku?
Mengapa engkau seakan tak menghiraukanku?
Di mana kebiasaan marahmu saat aku menjatuhkan secangkir susu di meja makan kita?
Di mana nasehatmu saat aku berlari ke luar rumah menghiraukan teguranmu?
Mama, Mama, Oh… Mama, peluklah aku
Mama, kau wanita hebatku
Terima kasihku untukmu,
Untuk setetes air susu yang engkau berikan kepadaku
Untuk sedekap pelukkan yang engkau berikan kepadaku,
Untuk sekecup ciuman manja yang engkau berikan kepadaku,
Mama…
Aku rindu padamu,
Aku haus kasih sayangmu mama
Aku rindu belaian manjamu untukku,
Mama, Mama, aku rindu….
Mama…
Andaikan engkau di sini, aku ingin menceritakan semua keluh kesahku
Aku lelah menghadapi dunia yang seakan tak berpihak padaku
Aku tak sanggup maju untuk menenangan yang tak pasti,
Mama?
Apakah kau tak berencana kembali padaku?
Apakah dirimu sudah bahagia di sana?
Mama, aku rindu.
Mama, jika engkau mendengarkanku
Ingin kusampikan satu hal padamu
Aku sangat merindukanmu,
Aku tak sanggup bernafas tanpamu
Satu hal juga yang ingin kusampaikan padamu
Semoga mama tenang di surgaNya
Aku merindukanmu mama.
(*Penulis, adalah Mahasiswa/Ketua BEM STIPAS St. Sirilus Ruteng.