Jalur “Neraka” Itu Bernama Lando-Noa

Warga Macang Pacar dan Kecamatan Boleng Manggarai Barat masih berkutat dengan jalan rusak meskipun sejumlah ruas telah diperbaiki termasuk Lando-Noa dan jalur Golo Welu-Noa. Rusaknya jalan membuat harga angkut barang dan penumpang kian mahal.

Satu karung kopi yang hendak dijual di Ruteng Manggarai dikenakan biaya Rp 50 ribu rupiah. Ongkos penumpang Pacar-Ruteng juga mencapai Rp 50 ribu rupiah per orang. Selain itu, waktu tempuh perjalanan masih dua kalinya waktu normal. Panjang Jalan Ruteng-Rego tak lebih dari 100 kilo meter namun ditempuh selama lima jam menggunakan truk (oto kol).

Pantauan media ini, Minggu (18/6), jalan trans Ruteng-Rego rusak mulai dari Golo Welu. Perbaikan jalan Golo Welu-Dahang tahun 2016 lalu hanya dilakukan pada beberapa tikungan yang mengalami kerusakan parah.

Baca juga  Klaim Lando-Noa Melebihi Volume Kontrak dan Hingga Tahun Ke-3 Belum Rusak

Sementara jalur Noa-Lando-Pacar masih belum bisa dilalui kendaraan mini bus. Kerusakan cukup parah ketika melintasi Hita-Kangkol,nyaris tak ada aspal sepanjang 15 kilo meter. Kerusakan paling parah ketika melewati Wae Munting. Sementara dari Golo Nila- Doro- Pateng sampai Rego seluruhnya rusak.

Jalan aspal Lando-Noa yang diperbaiki tahun 2014. Foto depan SMPN Loha. (floressmart, Minggu (18/6/2017).

Dalam catatan warga, jalur Lando-Noa merupakan jalur yang menyimpan banyak ironi seperti penumpang terlantar karena mobil mogok terbenam lumpur. Bahkan sejumlah orang sakit yang hendak dibawa ke rumah sakit Cancar atau Ruteng meninggal di situ. Wanita hamil juga dilaporkan partus (bersalin) di jalur ini. Rumah-rumah penduduk difungsikan sebagai tempat penginapan bagi penumpang dan para supir.

Baca juga  Menebak Tersangka Ketiga Kasus Lando-Noa

Kepala Desa Loha Macang Pacar, Yohanes V. Sarto menceritakan, jalur Lando-Noa rusak sejak tahun 2004. Kondisi paling parah terjadi akhir 2013. Berkali-kali meminta perbaikan namun tak digubris. Kekesalan masyarakat membuncah ketika Mahasiswa asal Macang Pacar di Kupang melayangkan proposal  bantuan dedak pada Gubernur NTT, Frans Lebu Raya sebab jalur ini merupakan jalan propinsi.

“Bagi kami Lando-Noa adalah neraka, terlebih di Longko hingga Watu Keot, sudah seperti rawa-rawa saja. Oto truk terbenam sampai rata bak. Butuh waktu sehari bahkan bisa sampai dua hari  untuk keluarkan oto yang selet (macet),” kenang Kades Sarto didampingi staf desa, Yohanes Hasak.

Baca juga  BKH : Penegak Hukum Harus Obyektif Tangani Kasus Lando-Noa

Momok Lando-Noa telah berlalu. Belasan “kolam lumpur” di jalur ini telah ditimbun dengan ribuan kubik batu. Paska diperbaiki tahun 2014 lalu, jalan Lando-Noa masih terbilang cukup bertahan meski tiap hari jalur ini digilas roda mobil-mobil truk.

Beberapa titik aspal memang sudah mulai terkelupas namun tidak seberapa. Sebuah kondisi yang jauh berbeda jika dibandingkan jalur Kake-Noa yang juga diperbaiki tahun 2014 namun hampir seluruh aspalnya telah rusak.

Pemerintah Provinsi NTT pun diminta perbaikan total jalan poros tengah yang menghubungkan Kabupaten Manggarai dan Manggarai Barat ini.

“Lando-Noa saja bisa diatasi, yang lainya tentu lebih mudah,” kata Lorens, supir truk penumpang Ruteng-Terang ditemui terpisah. (js)

Beri rating artikel ini!
Tag: