Oleh : Alfred Tuname
Seorang perempuan menjadi Ketua Tim Penggerak PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) merupakan konsekuensi status jabatan suami. Jadi Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi karena suami berstatus gubernur; Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten karena suami bersatus bupati; Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan karena suami berstatus camat, dst. Jadi, Ketua Tim Penggerak PKK itu adalah semacam “risiko” jabatan suami.
Sebagai Tim Penggerak PKK, seorang perempuan bukanlah sekadar pendamping suami. “Adalah terlalu foedalistis jika peranan mereka (perempuan) hanya sebagai ibu rumah tangga dan pendamping suami”. Itu kata Ben Mboi, mantan gubernur NTT, di awal April 1985, tentang peranan perempuan (sumber: buku Peningkatan Peranan Wanita Dalam Pembangunan di Nusa Tenggara Timur, Depertemen Penerangan RI, 1985). Dengan perspektif feminis, Ben Mboi sedang menolak status “konco wingking” pada perempuan. Perempuan mesti jadi kawan sepadan dalam segala bidang.
Sebagai Tim Penggerak PKK, perempuan tentu mengambil peran penting dalam pembangunan di berbagai bidang. Termasuk, berperan membantu suami pada program pemerintah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan perempuan dan kesehatan keluarga. Dalam urusannya dengan itu, Tim Penggerak PKK mesti mengetahui dan mengenal persoalan-persoalan keluarga dan anak dari perspektif ekonomi, sosiobudaya, politik dan hukum.
Mengenal persoalan berarti langkah maju untuk menemukan jalan keluar (way out). Dari sanalah program-program pemberdayaan perempuan dimulai. Sebab, jangan sampai setiap program bukan jadi solusi tetapi justru bagian dari persoalan itu sendiri.
Persoalan perempuan dan anak merupakan derivasi ketidakadilan ekonomi, sosiobudaya, politik dan hukum. Ketidakadilan itu mesti berhenti di program, tetapi juga disuarakan. Perlu kita ingat kata Nafsiah Mboi, saat menjadi Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi NTT, “ jadi disinilah saya melihat peranan ibu-ibu atau kaum wanita terpelajar umumnya. Dalam hal inilah mereka harus menyuarakan ketidakadilan itu. mereka harus bunyi, bahw kita tidak bisa membiarkan hal itu berlangsung terus, walau mereka sendiri tidak mengeluh” (ibid). Jadi, gerak PKK juga ada di garis feminis. Suara feminis adalah keadilan dan kesetaraan.
Tim Penggerak PKK Kabupaten Manggarai juga ada dijalur itu. Dalam berbagai pertemuan di tiap tingkatan, mereka berbicara dan berbagi soal perihal ketidakadilan terhadap perempuan dan anak. Tentu bukan dalam tinjuan filsafat dan pemikiran kritis yang jelimet, tetapi dari hal-hal yang dekat dan dianggap sepele tetapi dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Yang jelas, mereka tidak sedang menggosipi orang lain, tetapi sedang mencari jalan yang solutif.
Di sanalah peran Tim Penggerak PKK. Di sanalah peran Yeni Veronika sebagai Ketua Tim Penggerak PKK. Yeni Veronika jadi Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Manggarai sebab Dr. Deno Kamelus, suaminya, adalah seorang bupati Manggarai.
Sebagai istri bupati, Veronika adalah ibu dari semua rakyat Manggarai. Menjadi ibu, ia mengayomi dan melindungi segenap masyarakat Manggarai. Sebagai Ketua Tim Penggerak PKK, Yeni Veronika tentu berpikir keras tentang masa depan perempuan dan keluarga Manggarai.
Oleh karena itu, Yeni Veronika menegaskan, PKK sebagai motor penggerak untuk menumbukan, menghimpun, mengarahkan dan membina keluarga menuju kesejahteraan dan kemandirian (floressmart.com, 21 Februari 2016). Targetnya adalah keadilan dan kesetaraan gender. Jelas, Yeni Veronika sangat setuju dengan kampanye global kesetaraan gender dalam Program Planet 50:50 by 2030: Step It Up For Gender Equality (bdk. Jnbaru.com, 17/6/2017). Itu berarti, organiasi PKK berperan sentral dalam membantu pemerintah Manggarai dalam mewujudkan pembangunan yang berkeadilan.
Melalui PKK, masyarakat, khususnya perempuan dan anak, harus sejahtera secara jasmani dan rohani. Program-program pemberdayaan dilakukan di desa-desa di Manggarai. Yeni Veronika melakukan itu dengan penuh cinta dan pengorbanan. Semua itu demi masyarakat Manggarai.
Sebagai istri bupati, Yeni Veronika tidak duduk manis atau hanya menghabiskan waktu dengan berdendang dan berkaraoke ria. Sebagai wakil rakyat (anggota DPRD Provinsi dari Partai PAN), ia mengerti penderitaan masyarakat Manggarai. Oleh karena itu, sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Manggarai, Yeni Veronika melakukan turne untuk mengajak, menuntun dan melatih masyarakat, ibu-ibu dan generasi muda untuk berdaya.
Di tangan Yeni Veronika, berbagai program pemberdayaan itu berhasil. Kader-kader PKK Manggarai mampu menghasilkan sembilan ramun dan jamu sebagai obat tradisional (Pos Kupang, 25/5/2017). Mereka mengolah pangan lokal menjadi makanan yang bergizi (Pos Kupang, 2/4/2017). PKK Manggarai memberdayaan perempuan penenun. Mereka mendirikan lembaga koperasi untuk kemandirian ekonomi masyarakat dan perempuan Manggarai.
Masih banyak lagi kegiatan pemberdayaan perempuan yang terbukti bisa dilakukan oleh kader-kader PKK Manggarai dan dalam berbagai bidang, yakni sandang, pangan, kesehatan dan pendidikan. Dalam dunia PKK, tentu waktu tak boleh dihabiskan dalam rapat-rapat kordinasi dan menghabiskan dana pemerintah di aula-aula mewah. PKK harus bergerak dari desa ke desa berbagi bekal pengetahuan dan skil yang berdaya guna bagi masyarakat kecil.
Atas berbagai tindakan pemberdayaan yang dilakukan, Ketua Tim Penggerak PKK Manggarai itu tentu bersyukur atas peluang yang bisa ia pakai untuk membantu masyarakat dengan pikiran, idea, tenaga (dan bahkan biaya) yang ia miliki. Sebagai perempuan, Yeni Veronika adalah figur penggerak yang mesti dijadikan teladan.
Berperan sebagai seorang ibu, Ketua Tim Penggerak PKK, anggota DPRD Provinsi, ia tak kalah oleh waktu, tak lelah dalam semangat. Yeni Veronika seakan selalu punya waktu untuk semuanya itu. Ia tak lelah berjuang demi perubahan dan kesejahteraan masyarakat dan perempuan Manggarai.
Masyarakat dan para perempuan Manggarai perlu mengapresiasi dan patut berbangga karena punya sosok ibu dan penggerak yang senantiasa bawa perubahan. Sebagai pemimpin organisasi, Yeni Veronika dikenal sangat tegas dalam prinsip. Tetapi sebagai ibu, ia selalu luwes dalam cara untuk mengayom dan menuntun anggota, perempuan dan masyarakat umumnya.
Akhirnya, profisiat buat ibu Yeni Veronika. Teruslah berkarya demi kesejahteraan perempuan dan masyarakat Manggarai. Maju terus Tim Penggerak PKK Manggarai.
Alfred Tuname
Penulis dan esai