Floressmart.com– ME (16), memilih tidak ke sekolah lagi setelah disiksa dan dianiaya gurunya DA. Aksi kekerasan di lingkungan SMA Negeri III Elar Kecamatan Elar Kabupaten Manggarai Timur Nusa Tenggara Timur ini terjadi pada 19 September 2017 lalu.
Saat itu korban ME disuruh berlutut dan dipukul di bagian kepala hingga pingsan. Kini, siswi kelas III jurusan bahasa itu pun mengalami trauma berat. Selain tidak mau bersekolah, korban menjadi pendiam dan suka mengurung diri di rumahnya di kampung Deruk Nggelok, Desa Sipi, Kecamatan Elar Selatan.
Dihubungi, Rabu 27 September 2017, orang tua korban, Kristoforus Dadu menuturkan bahwa anaknya dipukul dalam posisi berlutut.
“Dipukul sedang berlutut karena sebelum dianiaya, pelaku menyuruh anak saya berlutut. Dipukul sampai pingsan pak,” ujar Kristoforus yang sedang berada di Borong ibu kota Kabupaten Manggarai Timur.
Dianiaya karena salah mengisi absensi
Menurut Kristoforus Dadu, penganiayaan itu dipicu lantaran korban yang merupakan Ketua Kelas III jurusan Bahasa di sekolah tersebut dituding memanipulasi absensi teman sekelasnya yang pada hari itu tidak masuk sekolah tetapi ditulis hadir.
“Itu ada temanya satu asrama dengan anak saya absen dengan alasan sakit. Tapi anak saya mengisi temannya itu hadir. Lantaran itu wali kelas marah dan menyiksa anak saya hingga tak sadarkan diri,” tuturnya.
Pihak keluarga korban awalnya tidak berani melaporkan kekejaman guru DA ke polisi, sebab di kampung terpencil seperti Desa Sipi, guru sangat disegani. Belum lagi sinyal hape tak menjangkau kampung tersebut membuat informasi ini tertutup untuk pihak luar.
“Di kampung udik macam kita pak, guru itu sangat disegani. Kami masyarakat kecil ini juga takut juga ke kantor polisi,” ungkapnya.
Namun kini, Kristoforus Dadu, orang tua korban berniat melaporkan kekejaman guru DA ke polisi. Ia sadar bahwa kekerasan di lingkungan sekolah bisa membuat anak-anak mereka putus sekolah.
“Anak saya sudah sepekan lebih tidak mau sekolah. Kalau hal seperti ini dibiarkan maka bukan tidak mungkin anak-anak kami di kampung tidak mau lagi ke sekolah,” imbuhnya.
Dihubungi terpisah, Muhamad Gaus, Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Wilayah VII Manggarai Raya (Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur) mengaku prihatin dengan kejadian tersebut dan mendukung jika orang tua korban pidanakan pelaku.
“Saya minta orang tua korban lapor polisi. Ini keji dan kejahatan berat di lingkungan pendidikan. Pukul murid sampai pingsan itu sadis, apalagi korban merupakan anak perempuan,” tandasnya.
Muhamad Gaus memastikan pihaknya akan ke kampung Deruk Elar Selatan untuk menemui korban sekaligus meminta klarifikasi dari pelaku. Jelas kata Gaus, pelaku akan dikenakan sanksi sesui aturan yang berlaku. (js)