
Ratusan peserta lintas OMK sedang mendengar sosialisasi pengawasan partisipasif dengan Panwaslu Kabupaten Manggarai di aula Paroki Poka, Jumat 13 April 2018. (photo : floressmart)
Floressmart—Pemilihan gubernur dan wakil gubernur Nusa Tenggara Timur 27 Juni 2018 mendatang disinyalir rawan pelanggaran. Isu politik uang kian berembus.
Tak mau kecolongan, Panwaslu Kabupaten Manggarai hari-hari ini gencar mengampanyekan gerakan tolak politik uang di kalangan pemilih pemula termasuk Orang Muda Katolik (OMK).
“Seluruh paroki di Manggarai kita jadikan zona bebas politik uang dan OMK merupakan garda terdepan melawan politik kotor pada Pilkada serentak 2018,” kata Heri Harun, koordinator Pencegahan dan Hubungan antar Lembaga saat menyajikan materi kepemiluan di hadapan 300an OMK di aula Paroki Poka Kecamatan Wae Ri’i, Jumat 13 April 2018.
Dikatakan Heri Harun, salah satu bentuk pengawasan partisipasi yang bisa dilakukan oleh Orang Muda Katolik jelang Pilgub NTT 27 Juni mendatang adalah dengan cara melaporkan praktik jual beli suara yang terjadi di paroki masing-masing.
“Kalau ada tim sukses yang bagi-bagi uang laporkan ke Panwaslu, kami harapkan agar teman-teman OMK jangan lupa foto dan videokan pemberi dan penerima uang,” ajak Heri seraya membagikan nomor ponsel tiga komisioner Panwaslu Manggarai kepada seluruh peserta OMK yang datang dari delapan paroki ini.
Sementara koordinator Divisi SDM dan Organisasi Panwaslu, Marselina Lorensia pada kesempatan yang sama menambahkan, politik uang dalam Pilkada bisa menyeret pelaku ke penjara.
“Baik pemberi uang dan penerima uang sama-sama dihukum selama 72 bulan penjara serta denda sekurang-kurangnya Rp 1 milyar rupiah,”kata Marselina.

Para komisioner Panwaslu Kabupaten Manggarai melakukan sosialisasi pengawasan pertasipatif Pemilu bersama ratusan peserta lintas OMK di aula Paroki Poka.
Orang muda ogah memilih
Empat kandidat calon gubernur dan wakil gubernur Nusa Tenggara Timur dinilai jauh dari platform kawula muda. Para pasangan calon yang maju di Pilkada NTT juga terkesan elitis.
Hal itu diangkat dalam sesi dialog Orang Muda Katolik (OMK) dengan komisioner Panwaslu Kabupaten Manggarai di aula Paroki Poka. Salah seorang peserta OMK mengatakan, Pilkada NTT miskin figur yang menggaungkan spirit kaum muda.
“Saya sendiri menilai calon-calon pemimpin di NTT jauh dari kriteria yang disukai orang muda. Mereka paling mengundang orang-orang tua di berbagai acara tatap muka. Kondisi ini bisa bikin kaum muda ogah memilih,” ujar Rian, perwakilan OMK Paroki Poco saat sesi dialog.
Menjawab pertanyaan para perwakilan OMK, Koordiantor Penindakan dan Pelanggaran Panwaslu Manggarai, Fortunatus Hamsah Manah menerangkan, apa yang disampaikan perwakilan OMK bukan tidak mungkin merupakan kegelisahan bersama di kalangan kaum muda di NTT.
Kata Alfan, itu terjadi karena selama ini kaum muda lebih banyak dilibatkan dalam kegiatan karitatif seperti bakti sosial ketimbang diberi pemahaman tentang apa perlunya keterlibatan orang muda dalam politik.
“Politik jangan juga dipandang bukan sebagai urusan orang muda. Pilkada misalnya, bisa menjadi ruang dimana orang-orang muda memperjuangkan hak-haknya,” kata Alfan Manah. (js)