Floressmart—Prevalensi balita pendek (Stunting) di Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur berada pada angka 58 persen berdasarkan riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan RI tahun 2013. Angka ini jauh diatas angka Stunting Provinsi NTT di tahun yang sama sebesar 51,7 persen.
Ini menunjukkan kasus balita pendek di Kabupaten Manggarai menjadi salah satu masalah kesehatan yang cukup serius dan harus ditanggulangi.Yayasan Ayo Indonesia, sebuah LSM lokal getol memerangi Stunting bersama Pemda setempat sejak isu ini menyeruak pada akhir tahun 2017 lalu.
Ayo Indonesia kemudian menggandeng Kedutaan Besar Republik Polandia di Jakarta untuk penanggulangan Stunting. Alhasil, kegiatan perdana yang dilakukan yakni menggelar kegiatan peningkatan kapasitas para kader Posyandu Puskesmas Timung di Kecamatan Wae Ri’i.
“Pelatihan ini bermaksud ikut membantu pemerintah kabupaten Manggarai untuk menurunkan angka Stunting dari 58 persen ke 48 persen tahun 2021,” ujar pimpinan Ayo Indonesia, Tarsis Hurmali di Puskesmas Timung, Senin 16 Juli 2018.
Menurutnya, informasi kesehatan dasar termasuk Stunting sangat efektif dan efisien jika disampaikan oleh para kader Posyandu di desa-desa.
“Para kader Posyandu haru bisa membuat ibu-ibu hamil menghindari prilaku penyebab Stunting sambil ramai-ramai mengampanyekan gerakan menanam sayur dan wortel di pekarangan,” lanjutnya.
Dalam kegiatan ini, sebanyak 17 kader posyandu ini diajarkan pula tentang intervensi gizi spesifik untuk balita pendek yang difokuskan pada kelompok 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan Anak 0-23 bulan, karena penanggulangan balita pendek yang paling efektif dilakukanpada 1.000 HPK.
“Kita berharap satu dua bulan kedepan ada 34 kader posyandu yang menjadi corong teredepan bagi kita untuk berbicara atau memeberi penjelasan tentang Stunting di wilayah pelayanan Puskesmas Timung,” cetusnya.
Sementara Atase Kedubes Polandia untuk Indonesia, Michal Weglarz, berharap agar kerja sama ini bisa membuat anak-anak di Flores lebih sehat dan cerdas sehingga masyarakat Flores pada umumnya lebih maju di masa depan.
“Kami berharap para ibu hamil bisa memakan makanan bergizi selama dalam kehamilan dan dua tahun pertama dalam kehidupan anak-anak itu bisa cepat tumbuh lebih cepat lebih, bisa lebih pintar dan bisa bekerja dengan baik,” kata Weglarz.
Dikatakan Michal, salah satu alasan Kedubes Polandia memilih Flores sebagai salah satu daerah intervensi bidang kesehatan termasuk Stunting karena Polandia dan Flores memiliki sejarah pastoral yang terjalin sejak tahun 1950an.
“Saya yakin ibu-ibu tahu beberapa nama pastor asal Polandia di Manggarai. Bagi orng Polandia, Flores merupakan pulau kesayangan,” imbuhnya.
Hadir pada kegiatan ini, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Manggarai Vinsen Marung, Camat Wae Ri’I dan Kepala Puskesma Timung Edarsian J Sau.
Pada tahap pertama program penanggulangan Stunting, Kedubes Polandia melalui yayasan Ayo Indonesia memberi bantuan berupa uang sebesar 10 ribu euro atau sekitar Rp 165 juta rupiah.
Dana yang disiapkan antara lain untuk membiayai transport dan makan bagi kader Posyandu yang dilatih, peralatan, biaya instruktur serta pemberian susu kedelai bagi anak-anak yang terindikasi Stunting pada saat dilahirkan untuk enam bulan kedepan.
Untuk diketahui, Stunting adalah kondisi malnutrisi kronik di mana panjang/tinggi badan tidak sesuai umur akibat kekurangan asupan gizi berulang dalam jangka waktu yang lama pada masa janin hingga 2 tahun (1000 hari) pertama kehidupan seseorang.
Menurut WHO, bayi baru lahir (laki2) yang panjangnya kurang dari 48 cm adalah Stunting. Sedangkan standar untuk perempuan adalah di bawah 45 cm.(js)