
Korban penganiayaan mendandatangani Laporan Kepolisian di Ruang SPKT Polres Manggarai, Selasa 14 mei 2019 (Photo : floressmart).
Floressmart- Siswi SD asal Desa Sisir Kecamatan Elar Manggarai Timur melaporkan gurunya ke polisi dengan tuduhan penganiayaan. SE (8), murid kelas III Sekolah Dasar Negeri Wae Mamba Kecamatan Elar mengaku dipukul Silvester Sandri, kepsek di sekolahnya.
Didampingi orang tuanya, korban melaporkan secara resmi tindakan kekerasan itu ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Kepolisian Resor Manggarai, Selasa 14 Mei 2019. Selain memeriksa korban, polisi juga memintai keterangan seorang saksi yang melihat langsung Silvester memukuli sejumlah murid dengan kayu.
Kepada wartawan SE menuturkan, penganiayaan itu terjadi pada hari Senin, 13 Mei 2019 saat jam istirahat pertama pukul 10.00 WITA. Korban mengaku, ia dan teman-temannya dipukul hanya karena tidak mengikuti misa hari Minggu yang dilaksanakan di sekolah mereka.
“Awalnya kepala sekolah mengumpulkan seluruh murid di halaman sekolah. Tujuannya, untuk memisahkan anak-anak yang ikut misa hari Minggu dan yang tidak. Kami yang tidak pergi misa dipukul satu persatu dengan kayu jambu. Dipukul berkali-kali di kaki dan badan,” kata korban SE sambil kasih tunjuk bekas luka di kedua kakinya.
Usai dianiaya, lanjut SE, anak-anak yang kesakitan memilih pulang lebih awal karena ketakutan. SE sendiri langsung melaporkan aksi kekerasan itu ke orang tuanya.
“Tadi datang dari Elar jam 6 pagi tiba di Ruteng jam 11 siang. Saya dengan bapak saya datang ke sini (Polres) pakai sepeda motor dan langsung buat laporan,” ujar SE.
Ayah SE, Oswaldus Marsin mengaku tidak terima anaknya disakiti. Oswaldus juga memperlihatkan beberapa foto bocah yang terluka akibat tindakan Kepsek Silvester. Namun Oswaldus menyayangkan sikap para orang tua murid yang tidak berani melaporkan tindakan penganiayaan yang menimpa anak mereka kepada pihak berwajib.
“Ini bukti kekerasan itu. Sampai terluka begini anak-anak kita pak. Soal orang tua mereka tidak datang melapor, itu urusan mereka, saya urus saya punya anak saja,” kata Oswaldus sambil memperlihatkan beberapa foto kepada wartawan.
“Ini masalahnya karena dia buat aturan sendiri, kita pada hari Minggu biasa misa di Kapela, tapi dia suruh anak-anak misa di sekolah, jelas saja anak-anak lebih pilih misa di Kapela to pak,” tambah Oswaldus.
Laporan SE diberi Nomor : LP/ 92/ NTT/ Resor Manggarai. Korban juga telah menjalani visum et repertum di Rumah Sakit dr Ben Mboi Ruteng.
“Untuk BAP akan ditangani lebih lanjut oleh penyidik unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA),” kata polisi di penjagaan.
Respon Dinas PPO
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Manggarai Timur, Basilius Teto mengaku telah mendapat laporan terkait kekerasan yang terjadi di SDN Wae Mamba. Kadis Teto mengatakan ia langsung mengutus stafnya ke sekolah tersebut.
Kadis Basilius Teto juga mendukung korban untuk melaporkan tindakan kekerasan itu ke polisi. Soal langkah yang diambil Dinas PPO Matim terhadap Silvester, Kadis Basilus mengatakan pihaknya masih menunggu laporan dari staf yang ditugaskan menginvestigasi kasus ini.
“Memang tadi itu kami dapat laporan. Saya punya teman-teman pegawe itu pigi cek di lapangan dulu pak. Kita perlu cek kebenaran dulu seperti apa, kalau memang terjadi seperti itu memang guru yang bersangkutan perlu diberikan semacam sanksi tapi kita liat dulu persoalanya,” kata Basilus Teo dihubungi Selasa malam.
Teto menilai, tindakan pelaku otomatis menimbulkan trauma bagi peserta didik. Kepsek Silvester Sandri lanjut Kadis Basilius, dinilai telah merusak citra pendidikan di Manggarai Timur yang lagi gencar-gencarnya mengampanyekan program sekolah bahagia.
“Kita sedang merencanakan sekolah bahagia, anak-anak harus merasa athome artinya anak-anak tidak mendapat perlakuan seperti itu tidak boleh ada tekanan. Makanya kita cek kebenaran juga pak. Guru yang bersangkutan akan kita panggil,” tandasnya. (js)