Floressmart- Puluhan Warga Dusun Puar Wase, Desa Poco, Kecamatan Wae Ri’i, menghadang truk-truk pengangkut sampah yang hendak menuju ke Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Nculang. Aksi penghadangan terjadi di jalur Ruteng-Reo, Sabtu (18/5).
TPA Ncolang dibangun tahun 2007. Lokasi ini masih berada di wilayah Kelurahan Karot berjarak 11 km dari kota Ruteng ibu kota Kabupaten Manggarai. Warga yang melakukan aksi penghadangan truk sampah mengaku kesal dengan pemerintah Kabupaten Manggarai karena tak kunjung menangani masalah bau busuk dan lalat dari TPA yang kian mengancam kesehatan warga.
“Setiap hari kami menghirup udara tidak segar, bau busuk. Tanaman sayur kami dikerubuti lalat, bahkan sampai ke pohon-pohon singkong. Banyak anak-anak kami sakit sesak napas, muntaber, diare. Jadi, mulai hari ini, stop buang sampah di sini,” ungkap Adelti Gunda Baya, seorang warga dusun Puar Wase dengan nada marah.
Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Poco, Paulus Angkur menerangkan, aksi pelarangan truk sampah masuk ke TPA Ncolang merupakan akumulasi dari kekesalan warga terhadap pemerintah selama ini.
“Warga melalui pemerintah desa sudah berulang-ulang meminta kepada pemerintah kabupaten untuk memperhatikan TPA ini. Tapi tidak pernah diindahkan. Sebaiknya TPA ini ditutup,” kata Paulus.
Menurut Paulus, pemerintah daerah telah membohongi warga Desa Poco. Ditambahkan, tempat Pengolahan Akhir ini sudah tidak difungsikan sesuai peruntukkannya.
“Dulu saat pertama kali TPA ini dibangun, pemerintah berjanji sebagai tempat kelola sampah. Tetapi faktanya, di sini (TPA) tidak ada pengelolaan. Sampah dibuang begitu saja. Akhirnya lingkungan sekitar tempat tinggal kami bau busuk. Anak-anak gampang diare dan ispa,” tambahnya.
Pemerintah lakukan lobi
Lima ini truk sampah milik Dinas Lingkungan Hidup tertahan berjam-jam di jalur Ruteng-Reo. Upaya Staf Ahli Bupati Marsel Gambang dan Asisten Bupati Manggarai Frans Kakang mencoba berdialog dengan warga. Keduanya meminta warga agar sampah-sampah yang terlanjur diangkut ini dibuang di TPA sambil menunggu pemerintah mengkaji dan memberikan solusi yang tepat.
“Kami segera memerintahkan setengah dari pasukan kuning (petugas kebersihan) untuk standby di TPA setiap hari. Mereka akan pilah sampah yang ada. Kemudian untuk masalah bau dan lalat, akan ada obat untuk membasminya. Yang penting, beri kami waktu,” kata Marsel Gambang membujuk warga.
Namun warga kekeh dengan kesepakatan mereka, TPA Ncolang harus bebas dari akvitas apapun. Warga justru menilai, pemerintah Kabupaten Manggarai cerdik dan pandai berbohong.
“Terimakasih atas masukan bapak. Namun, tawaran-tawaran bapak soal pengelolaan ini sudah sudah terlambat. Kejadian ini sudah berlangsung lebih dari setahun. Pemerintah kemana? Anak-anak kami sudah banyak yang sakit. Setiap hari kami cium aroma bau busuk. Stop sudah,” tukas Agustinus Sang salah satu tokoh masyarakat Poco.
Karena tak ada kata sepakat, Wakil Bupati Manggarai Viktor Madur akhirnya turun tangan. Wabub Viktor yang datang mengenakan kain songket mengakui kalau pengelolaan sampah di TPA Ncolang selama ini memang tidak maksimal.
Meski begitu ia meminta masyarakat untuk memmberikan kesempatan kepada pemerintah untuk mengkaji dan mengambil tindakan yang tepat. Viktor juga mengundang warga setempat untuk lansung berdialog dengan bupati.
“Saya sendiri merasakan bau sampah di sini menyengat. Apalagi bapak-ibu yang merasakannya setiap hari. Tetapi, untuk hari ini, mohon biarkanlah sampah yang sudah terlanjur di sini untuk di buang di TPA. Kami akan serius menangani persoalan ini. Kami akan mencari lahan yang lebih luas untuk ke depannya. Hari senin saya undang semua untuk berdialog dengan bupati,” ujar Viktor didampingi sejumlah anggota kepolisian.
Mendengar pengakuan dan permintaan maaf Wabub Viktor, masyarakat sedikit mengendor. Warga akhirnya mengijinkan sampah-sampah yang sudah terlanjur di lokasi untuk dibuang di TPA.
“Baik pak. Yang siang ini kami ijinkan. Tetapi tidak ada lagi truk sampah lainnya yang akan datang buang ke sini,” teriak warga beramai-ramai.
Berdasarkan pantauan di lokasi TPA, bau busuk memang begitu menyengat serta dikerubungi banyak lalat hijau. Ratusan ton sampah bertumpuk tanpa ada pengelolaan. Sampah-sampah yang ditampung depo sementara di Ruteng hanya berpindah tempat.
Di lokasi ini memang terdapat beberapa mesin pencacah sampah namun, mesin-mesin tersebut sudah rusak dan berkarat. Pada 2018 silam, Ruteng dinobatkan KLHK sebagai kota terkotor di Indonesia. Salah satu indikatornya adalah TPA yang tidak layak. (js)