Floressmart- Budidaya hortikultura di Kabupaten Manggarai NTT kian digandrungi masyarakat. Dalam kurun waktu tiga tahun sejak program ini mulai diaplikasi pada tahun 2017, jumlah kelompok pengembang hortikultura berkembang pesat. Hanya dalam kurun waktu tiga tahun jumlahnya mencapai lebih dari 400 kelompok yang digawangi 105 orang PPL (Petugas Penyuluh Lapangan).
Program pengembangan hortikultura yang awalnya terdiri dari kelompok-kelompok kecil namun secara konsisten ditingkatkan lagi dengan membentuk 30 kelompok simantri (sistem pertanian terintegrasi), kelompok berpengalaman dengan fasilitas pendukung yang lebih lengkap serta melibatkan beberapa organisasi perangkat daerah.
Pengembangan hortikultura telah merambah ke setiap desa dan moncer sebagai bisnis baru. Namun untuk daerah pengembangan yang diperluas masih terkonsentrasi di tiga kecamatan yakni Kecamatan Langke Rembong, Kecamatan Wae Rii dan Kecamatan Ruteng. Pemkab Manggarai pada tahun 2018 merilis besaran omzet yang diraup kelompok pengembang pun simantri jumlahnya tak kurang dari Rp10 miliar rupiah.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikulturan Kabupaten Manggarai, Yoseph Mantara mengatakan budi daya hortikultura oleh kelompok pengembang maupun kelompok simantri membawa angin segar bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat dengan total produksi puluhan ribu ton per tahun.
“Sebuah usaha itu kalau tidak menguntungkan pasti dia (petani) berhenti untuk apa dia cape-cape. Tapi ternyata terbukti bahwa dengan budidaya hortikultura hasilnya bagus,” kata Kadis Yoseph Mantara di kantornya, Jumat 31 Mei 2019.
Atensi pemerintah dalam upaya pengembangan hortikultura pada level pengembang memang masih sebatas bantuan benih, mulsa dan pupuk namun pada skala yang lebih besar seperti simantri, pemerintah bahkan menyediakan peralatan pertanian modern, mesin pembuatan bokashi juga green house.
Dijelaskan Yoseph Mantara, untuk membantu penyebaran informasi baik stok maupun informasi produksi diatur dua kali pendataan dalam seminggu sesuai kebutuhan pasar.
“Setiap Senin paling lambat hari Selasa itu sudah harus masuk semua data kelompok yang memproduksi. Dia produksinya apa dan berapa banyak ada di mana kelompok mana sampai nomor hape ketua kelompoknya kita rekap. Dari situ nanti kita tahu seluruh produksi misalnya brokoli ada 1 ton, 1 ton itu ada di kelompok mana saja seperti itu,” urai Mantara.
Program yang menjadi salah satu concern Bupati Deno Kamelus dan Wakil Bupati Viktor Madur ini memang masih bau kencur, namun dengan jumlah produksi yang kian mendominasi pasaran lokal menjadi bukti bahwa hortikultura tak boleh dipandang remeh.
“Kita mendominasi pasar sekarang termasuk pasar Labuan Bajo (Mabar). Saya punya staf yang lagi produksi horti bilang 80% horti di pasar Labuan Bajo sudah dari kita. Ini luar biasa,” ujarnya.
Untuk strategi pemasaran, lanjut dia, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Manggarai sedang menerapkan strategi 3K1H mencakup tiga hal penting yakni ketersediaan, kualitas, kontinuitas serta harga.
“Ketersediaan itu artinya jenis-jenis sayur itu ada. Segala macam sayur sekitar 22 dan 23 jenis itu ada ada barangnya itu ada. Kedua kualitas, bahwa barang yang kita punya itu bagus harus organik karena mau bersaing di pasar bebas itu harus bagus dan kondisi iklim kita tidak kuatir lah yang ketiga kontiunitas berkesinambungan, artinya panennya kita selalu ada mengisi kebutuhan pasar jangan sampai begini, minggu ini ada minggu depan kosong jangan sampai seperti itu,” ulasnya.
Sementara dari sisi harga ia jelaskan perlu diatur strategi khusus namun tetap mengedepankan kualitas, ketersediaan dan pasokan selain menyesuaikan dengan biaya-biaya termasuk biaya transportasi.
“Kemudian satu lagi harga, harga itu harus bisa bersaing kalau dari Bima Rp10.000 kamu punya Rp9.150 rupiah, berani dia turun turun lagi kita punya akhirnya berhenti dia, karena apa, pertimbangan kost transportasi Bima bawa ke sini cost berapa, kita bawa ke Labuan Bajo berapa,”
“Dalam persaingan bisnis kualitas wajib, barang harus ada karena begitu barang kosong itu peluang bagi mereka dari luar tapi kalau barang selalu ada, dia mau drop dia lihat pasar, pedagang pasar bilang kami punya masih banyak penuh ini tomat dia berhenti sudah itu itu namanya bersaing secara sehat,” ujarnya menambahkan.
Kadis mantara memastikan bahwa produk hortikultura yang berasal dari Manggarai yang beredar di pasaran merupakan barang sehat dan bebas dari bahan pengawet.
“Cabe atau tomat yang dari petani kita masih bisa tahan seminggu dalam keadaan fresh. Kalau dari luar biasanya pakai obat. Saya bilang sama teman-teman PPL, kita tidak tidak fitnah tapi jelaskan bahwa kalau memang benar dari luar itu pakai obat kita perlu informasikan ke masyarakat soal keputusan dia mau beli atau tidak ya itu hak konsumen kita wajib publikasikan,” tandasnya.
Pembentukan asosiasi
Kadis Yoseph Mantara menjelaskan, penerapan strategi 3K1H juga penting untuk dikawal. Untuk itu menurutnya perlu dibentuk asosiasi petani hortikultura. Pada tahun 2019 ini kata Mantara, pihaknya menginisiasi pembentukan asosiasi petani hortikultura untuk tiga kecamatan yakni Cibal, Kecamatan Ruteng dan Wae Rii.
“Asosiasi petani hortikultura untuk mensinkronkan agar penanaman mereka itu terencana dengan baik, karena apa sebenarnya penanaman itu menyesuaikan dengan kebutuhan pasar jadi berapa sih kebutuhan pasar dan kapan dan model yang mau bagaimana penanaman diatur supaya apa tanaman diatur supaya tidak ada panen di saat yang sama dengan jumlah yang sangat banyak nanti bisa-bisa pasar tidak bisa diserap,” terangnya. (js)