Floressmart- Rumah Sakit Umum dr Ben Mboi Ruteng dicibir netizen. Seorang yang mengaku sebagai keluarga pasien menulis pada akun facebook-nya bahwa di salah satu ruang rawat tak ada lampunya sehingga keluarga pasien terpaksa membawa bohlam lampu sendiri.
“Setiap pasien rawat inap harus membawa lampu (bola lampu) sendiri. Saya juga tidak tahu alasannya, tetapi yg jelas ruang rawat inap hanya ada Vitingnya tanpa lampu. Mohon tanggapannya,” tulis akun bernama Empo D’Ndetong.
Postingan ini sontak membangkitkan murka publik. Para komentator yang merespons postingan itu ramai-ramai mencemooh pihak rumah sakit.
Untuk mengklarifikasi postingan itu, media ini kemudian menghubungi si pemilik akun, IA. Melalui sambungan telepon, Kamis 30 Mei 2019, pria tersebut membenarkan dirinya baru saja membuat postingan di facebook. Ia mengaku sebagai sebagai kakak dari pasien yang dirawat di kamar IB, kamar yang tak ada lampunya.
Kamar itu berada di lantai 2 gedung nifas, sebuah gedung baru dua lantai yang baru saja diremikan pada 15 Mei 2019 lalu oleh Bupati Manggarai Deno Kamelus.
“Adik saya dua hari rawat di situ, agar tidak gelap terpaksa beli lampu dari keluarga pasien lain yang dirawat di situ. Supaya tahu persis ceritanya hubungi saja suami dari adik saya nanti setelah sampai di rumah ya soalnya ini kita mau keluar dari rumah sakit,” katanya.
Ipar IA bernama, FO kepada floressmart mengutarakan unek-uneknya tentang pelayanan di rumah sakit tersebut. Faldi menuturkan, istrinya dirawarat sejak Selasa malam (28/5) masuk dengan diagnosa kadar hemoglobin rendah usai bersalin di Puskesmas.
Istrinya, lanjut FO dirawat bersama seorang pasien. Diceritakannya, masalah ketiadaan lampu di dalam kamar tersebut disampakan oleh suami dari pasien yang masuk lebih dahulu di kamar IB. FO diberitahukan kalau lampu yang tercolok pada stop kontak bukan milik rumah sakit melainkan lampu yang dibeli suami pasien dari toko. FO lantas menatap plafon dan melihat fitting memang tak ada lampunya.
“Saya bergumam saja, kok bisa rumah sakit tak ada lampunya,” tuturnya.
Tidak hanya masalah lampu, para penjaga pasien di kamar IB juga direpotkan dengan rembesan air dari kamar sebelah, lantai yang selalu basah terpaksa di pel terus menerus.
Pria asal Pong La’o Kecamatan Ruteng ini memang telah menyampaikan ketidaknyamanan yang dirasakan pasien di kamar IB namun kata dia perawat yang bertugas hanya menjanjikan perbaikan tetapi keluhan yang disampaikan tak kunjungi dilayani.
Cerita jual beli bohlam lampu antar sesama pasien bermula ketika pasien yang dirawat sekamar dengan istri FO keluar dari rumah sakit pada Rabu malam (29/5). Karena pulangnya agak FO meminta kepada pemilik lampu agar lampunya tidak dibawa pulang.
“Si pemilik lampu itu akhirnya jual ke saya dengan harga Rp50 ribu, mau bagaimana lagi biar agak mahal dari pada saya harus keluar malam-malam cari lampu. Mereka pulang pada Rabu malam kemarin,” tutur pria 36 tahun ini.
Pelayanan buruk
Tidak hanya masalah lampu dan lantai kamar berair, pelayanan medis rumah sakit dr Ben Mboi Ruteng mengecewekan. FO merasakan itu selama istrinya dirawat.
Sebagai pemegang kartu BPJS, FO mengaku kecewa karena sebagian besar obat yang dibutuhkan tidak tersedia di farmasi rumah sakit sehingga terpaksa dibeli di apotik swasta. Selain itu ia juga mempertanyakan sisa obat yang tidak terpakai namun tidak diberikan ke pasien.
“Ada beberapa jenis obat termasuk cairan infus yang tidak terpakai tapi tidak diserahkan ke pasien,” sebutnya.
Karena kesal dengan pelayanan rumah sakit, Faldi dan istrinya memutuskan untuk pulang meski kondisi istrinya belum benar-benar sehat. Ia membawa serta lampu yang dibelinya di rumah sakit sebagai kenang-kenangan.
“Saya putuskan untuk keluar tadi (Kamis,30/5), pihak rumah sakit sodorkan surat pernyataan mereka tidak mau ambil resiko karena kami keluar sebelum waktunya. Dan lampu itu saya bawa pulang sebagai kenangan,” ujar dia sambil terkekeh.
Dihubungi terpisah, Direktur RUSD dr Ben Mboi, Elisabeth Frida Adur mengaku tidak tahu soal ada kamar yang tidak ada lampunya. Ia juga menjelaskan mekanisme obat yang ditebus untuk pasien BPJS.
“Kalau sisa obat tidak mungkin ada karena aturan BPJS obat hanya diberikan untuk 1 hari (one day service) kalau ada sisanya dikembalikan ke farmasi oleh petugas,” kata dr Elisabeth Frida Adur .
Direktur yang biasa dipanggil Dokter Ida ini meminta masyarakat yang tidak puas dengan pelayanan rumah sakit untuk mengisi form pengaduan yang disediakan oleh petugas rumah sakit.
“Pasien kalau mengeluh kenapa di FB di rumah sakit kan ada petugas yang menerima keluhan di poliklinik depan lansung saja ke situ,” tutupnya. (js)