Uskup Siprianus Hormat : Saya Tak Bisa Jalan Sendiri

Mgr. Siprianus Hormat diterima secara adat Manggarai di Istana Keuskupan Ruteng (photo : floressmart).

Floressmart- Jelang pentahbisannya sebagai Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat telah berada di Manggarai NTT pada Sabtu 29 Februari 2020. Penyambutan monsinyur Sipri menjadi headline di sejumlah media.

Saat menyampaikan sambutan di Aula Keuskupan Ruteng, mantan Sekretaris Eksekutif Kongres Wali Gereja Indonesia (KWI) itu berkali- kali menyampaikan terima kasih untuk penybutan yang luar biasa.

“Mensorak sorai kedatangan saya di pintu masuk kota ini. Saya melihat bahwa itulah karya Tuhan. Ketika Tuhan berkarya efektif di dalam hati setiap orang maka hati itulah yang berbicara,” kata Uskup Siprianus.

Baca juga  Seruan Etika Politik dan Harapan Uskup Ruteng pada Media Jelang Pilkada

Menurut dia, penyambutan yang diterimanya baik oleh jajaran pemerintahan dan kevikepan Labuan Bajo Manggarai Barat maupun ketika ia melihat antusiasme umat di jalanan di Ruteng merupakan ungkapan ketulusan dan kasih.

“Dan saya percaya itu adalah ungkapan ketulusan dari sebuah kerinduan panjang. Karena itu pemilihan kami sebagai Uskup Ruteng merupakan anugerah Tuhan yang luar biasa. Bukan untuk saya. Tetapi untuk seluruh umat di wilayah Keuskupan Ruteng ini,” ujar uskup yang mendapat tahbisan imamat pada Oktober 1995 silam.

Ia mengatakan bahwa terpilihnya ia sebagai uskup oleh Takhta Suci Vatikan serentak mencetus hatinya untuk membuka kembali catatan perjalanan hidupnya.

“Ketika melihat kembali catatan perjalanan hidup saya sebagai imam, terpilihnya saya oleh Takhta Suci sebagai Uskup Ruteng diibaratkan, “dari Ruteng kupanggil kembali anakku” karena hampir seluruh kehidupan saya, ada di luar. Tuhan Yesus mengembara sampai ke Mesir, saya mengembara sampai ke Jakarta. Tapi saatnya saya harus kembali ke Ruteng,” katanya.

Baca juga  Meski Hujan, Penyambutan Uskup Sipri di Ruteng Berlangsung Meriah

Meski masih bergelora rasa haru dibalik penyambutan yang gegap gempita baik di Labuan Bajo maupun di Ruteng namun di dalam batin ia mengaku bercokol beban berat memikul tugas gembala yang diberikan kepadanya.

“Kemudian yang kedua, ketika melihat sambutan yang begitu hangat, meriah ini, saya berpikir, satu pihak adalah ungkapan kegembiraan, tapi di pihak lain, Bapak Bupati tadi bilang, tidak memberikan beban, tapi saya merasa itu suatu beban tanggung jawab. Dari seluruh ungkapan kegembiraan dan harapan itu, ya bukan berarti beban untuk menindis ya, tetapi sebuah tanggungjawab, yang harus diwujudnyatakan,” tambah dia.

Baca juga  Gubernur dan Uskup Ruteng Diskusi Empat Mata Bahas Pembangunan dan Moratorium Tambang

Tidak bisa berjalan sendiri

Pada bagian lain sambutannya, uskup yang memiliki motto tahbisan “Omnia in Caritate” ini sempat berkelakar bahwa dirinya sedang belajar menjadi uskup sehingga membutuhkan bimbingan dari para senior (emeretus) juga para imam yang akan menjadi partner kerjanya.

“Dan tentu saya tidak bisa menjalankannya sendiri. Dan apa yang menjadi topangan dari cita-cita untuk melaksanakan semua harapan ini, cuma satu adalah kasih Tuhan. Kasih itu dibingkai oleh dua hal ini yakni merendahkan diri dan mengorbankan diri untuk orang yang dikasihi,” imbuhnya.

Sesuai jadwal, uskup kelahiran Cibal ini akan ditahbiskan sebagai Uskup Ruteng pada 19 Maret 2020 oleh Kardinal Ignatius Suharyo. Tahbisan episkopal akan dilangsungkan di Gereja Katedral Ruteng. (js).

Tag: