Floressmart- Upaya pencegahan penyebaran Covid-19 di Indonesia mengikuti protokol kesehatan social distancing dan physical distancing. Setiap orang diwajibkan tetap di rumah, memakai masker, mencuci tangan, jaga jarak dan dilarang berkumpul.
Sejak badai corona ini berkecamuk sejak Maret 2020, semua hal yang biasa dilakukan menjadi terhenti, salah satunya kegiatan Posyandu. Jika Posyandu terhenti maka upaya deteksi dini penanganan stunting ikut keteteran.
Dengan kondisi seperti saat ini, timbul kekhawatiran akankah upaya menekan angka stunting sebagai salah satu program nasional bisa tercapai sementara di sisi yang lain Indonesia dikejar target penurunan stunting sebesar 14 persen pada 2024.
Kader Posyandu sebagai garda terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seperti mati suri. Seperti diutarakan Yustina Gadus, Kader Posyandu Desa Golo Worok Kecamatan Ruteng Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur ini menuturkan, pemantauan gizi balita stunting terhenti akibat pandemi Covid-19.
Padahal menurutnya, kampanye penanggulangan stunting sedang gencar-gencarnya. Meskipun untuk Desa Golo Worok istilah stunting baru populer pada tahun 2019. Sukarelawan Posyandu ini sebelumnya hanya mengenal kasus gizi buruk pada anak.
“Tapi dengan adanya covid ini posyandu jadi tenggelam sehingga penanganan stunting jadi terlantar,” kata Yustina, kepada wartawan Sabtu 23 Mei 2020.
Jumlah anak-anak dengan kondisi stunting di Dusun Golo Worok berdasarkan pemuktahiran bulan Februari 2020 berjumlah 22 orang tidak termasuk Dusun Wela yang sudah dimekarkan menjadi Desa Persiapan. Angka stunting di desa berpenduduk 2000-an jiwa ini naik banyak dari keadaan tahun 2019 yang hanya 12 orang.
Terbitnya aturan yang melarang orang untuk tidak berkerumun menurut Yustina secara otomatis menghentikan kunjungan masyarakat ke fasilitas layanan kesehatan (fasyankes). Poskesdes Golo Worok sebagai buktinya.
“Di poskesdes Golo Worok tidak ada lagi pemberian PMT untuk balita stunting atau vitamin tambah darah untuk ibu hamil. Terakhir kita posyandu awal Maret 2020,” tambah Yustina.
Ibu 3 anak yang sudah lebih dari 15 tahun menjadi kader Posyandu berharap agar para orang tua yang memiliki masalah pada tumbuh kembang anak bertanggung jawab akan gizi anak agar balita stunting tidak jatuh pada gangguan klinis.
“Anjuran menanam sayur dan wortel di pekarangan serta rutin membuat susu kedelai ulang-ulang kita sampaikan setiap pertemuan Posyandu sehingga kalau ada situasi seperti wabah covid ini para orang tua sudah memiliki pertahanan gizi untuk anak-anak mereka yang stunting,” ujar dia.
Meski begitu, Yustina mengaku khawatir akan kemungkinan terjadinya gangguan nafsu makan pada balita stunting atau bahkan mengalami gangguan kesehatan selama pandemi Covid-19.
“Kami sudah tidak tahu lagi seperti apa kondisi kesehatan anak-anak stunting di dusun Golo Worok ini,” imbuh Yustina.
Berharap pada susu kedelai
Diceritakan Yustina Gadus, meski baru berjalan setahun namun upaya menekan angka stunting di Poskesdes Golo Worok berhasil menyembuhkan 5 anak stunting pada tahun 2019.
Hal itu menurutnya tidak lepas dari edukasi gizi dan perubahan pola asuh. Upaya penyembuhan anak stunting kata dia juga digenjot melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa curcuma, susu kedelai serta biskuit yang disalurkan oleh petugas Puskesmas Cancar dan Yayasan Ayo Indonesia, LSM pemerhati kesehatan manusia di Manggarai.
Disampaikan Yustina bahwa Puskesmas Cancar setiap kali pelayanan Posyandu selama ini rutin membagikan susu kedelai masing-masing 1 kg per anak stunting disertai pembagian curcuma dan biskuit serta vitamin tambah darah kepada ibu hamil.
Sementara Ayo Indonesia membagikan masing-masing 2 kg susu kedelai per anak stunting selama 6 bulan berturut-turut dari Agustus 2019 sampai Januari 2020.
“Pokoknya kalau rutin minum susu kedelai bisa sembuh. Ada 5 anak dari sini yang sembuh. Sehingga oleh Puskesmas dan Ayo kita disuruh untuk mengganti dengan yang lain. Kalau selama masa sulit seperti covid ini kami sarankan orang tua yang anaknya stunting rajin buat susu kedelai di rumah,” cetusnya.
Jika saja tidak terganggu covid ia optimis tingkat prevalansi malnutrisi akut penyebab stunting ini terus menurun.
“Saya minta agar setelah covid ini ada penambahan kader Posyandu. Selama ini dusun Golo Worok hanya satu kader padahal melayani puluhan balita dan ibu hamil,” tutupnya.
Kunjungan rumah
Sementara itu Pengelola Gizi Puskesmas Cancar yang juga bertugas melayani Posyandu di Poskesdes Golo Worok, Elisabeth CN Pantur, menjelaskan bahwa terhentinya kegiatan Posyandu memang menyulitkan pemantauan pertumbuhan balita sehingga berisiko pada peningkatan masalah gizi akut dan kronis hingga menjadi stunting.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Puskesmas Cancar menyeimbangkannya dengan pelayanan kunjungan rumah bagi keluarga yang memiliki anak stunting dan ibu hamil sambil mengedukasi masyarakat beresiko untuk memperkuat imunitas tubuh.
“Walaupun posyandu terhenti kita masih bisa membagikan PMT door to door membagikan PMT susu kedelai, curcuma, biskuit dan vitamin tambah darah untuk ibu hamil. Kita bergeraknya preventif, jangan sampai anak-anak stunting ini jatuh sakit,” katanya.
Dia memaparkan, stunting di Desa Goloworok (termasuk Dusun Wela) berjumlah 41 kasus dari 179 sasaran. Dari jumlah 179 itu 86 diantaranya merupakan balita. Kemudian dipaparkannya, jumlah anak stunting yang berusia 0-23 bulan atau dibawah 2 tahun ada 13 anak. Sementara yang dua tahun ke atas 28 anak.
Jika saat Posyandu kata Elisabeth petugas Puskesmas dan kader Posyandu biasa melaksanakan penimbangan berat badan namun selama kunjungan rumah selain membagi PMT juga disisi konseling termasuk menjaring keluhan masyarakat berkaitan dengan gangguan asupan gizi selama pandemi Covid-19. Program home care ini kata dia baru dimulai pada bulan Mei dan baru dilaksanakan di Kelurahan Wae Belang.
“Karena April sudah ada covid maka tidak dijalankan Posyandunya tetapi kami melakukan kunjungan rumah untuk balita stunting. Tidak semua kami timbang hanya yang punya masalah gizi, masalah wasting ,underweight. Itu yang kita timbang ulang ,” sebutnya.
Bidan yang biasa dipanggil Ningsih ini menjelaskan, home care menjadi sarana monitor terhadap tumbuh kembang anak stunting sembari memberi edukasi selama pandemi Covid-19.
“Sehingga tidak menambahkan masalah baru di atas masalah yang sudah ada,” sambungnya.
Dana desa Rp50 juta
Penjabat (Pj) Kepala Desa Golo Worok, Sabinus Danggur mengungkapkan bahwa program penanggulangan stunting sebagaimana ditetapkan melalui Keputusan Bupati Manggarai tahun 2019 dianggarkan sebesar Rp50 juta rupiah.
Untuk Desa Golo Worok lanjut dia, telah ditetapkan tiga kegiatan yakni Bantuan Makanan Tambahan yang dibagi untuk dua pos anggaran yakni PMT untuk Bumil Rp20 juta rupiah dan PMT Balita Rp30 juta rupiah ditambah insentif kader Posyandu Rp50 ribu rupiah per bulan. Sementara untuk kegiatan sanitasi yakni pembangunan MCK Paud Rp40 juta rupiah.
Menurut Sabinus, anggaran untuk penanganan stunting belum bisa didunakan karena Petunjuk Teknis (Juknis) tentang pemanfaat dana penanggunalangan stunting tahun 2020 baru selesai digodok di tingkat Puskesmas.
“Sudah ada juknisnya berkaitan dengan kebutuhan PMT Stunting, Bumil dan Balita. Itu jumlahnya Rp50 juta dari dana desa untuk PMT. Kita cairnya pada tahap dua bulan depan (Juni),” sebut Sabinus.(js)