Floressmart- Martina Jelita sudah makan garam dengan dunia Posyandu. Kader Posyandu yang tinggal di Dusun Popor Kelurahan Wae Belang Kecamatan Ruteng Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur ini boleh dibilang sangat mumpuni ketika berbicara tentang kesehatan ibu dan anak sebab sudah 10 tahun ia mendampingi bidan dan pengelola gizi Pukskesmas Cancar.
Ibu lima anak itu menjadi kader Posyandu di Dusun Popor sejak tahun 2010. Walau hanya dibayar Rp50 ribu rupiah per bulan namun ia sangat bertanggung jawab terhadap tumbuh kembang anak Bawah Lima Tahun (Balita). Sejak Agustus tahun 2019 Martina Jelita mulai mengurusi anak-anak stunting.
Namun selama dua bulan ini, kegiatan Posyandu di tempatnya dihentikan sementara akibat pandemi global Corona Virus Disease atau Covid-19. Setiap orang diinstruksikan tetap di rumah, memakai masker, mencuci tangan, jaga jarak dan dilarang berkumpul.
Posyandu di Manggarai terakhir dilaksanakan awal Maret 2020. Kondisi tersebut membuat para kader Posyandu termasuk Martina sulit mejelaskan update anak-anak stunting di wilayah tugasnya.
Kisah sembuhnya anak stunting
Penanganan stunting di Kelurahan Wae Belang menjadi bagian dari tanggung jawab para kader Posyandu. Martina menceritakan pertama kali menangani belasan anak stunting, itu di awal Agustus 2019.
Martina mengaku banyak menimba pengetahuan stunting dari petugas Puskesmas Cancar dan Ayo Indonesia, sebuah LSM pemerhati kesehatan manusia di Manggarai. Berbekal pengetahuan tentang gizi dan resiko stunting, Martina bersama orang tua para balita stunting terdorong meracik sendiri PMT.
“Kita kumpul uang, kader,bidan seberapa ada sesuai kemampuan kalau anak-anak kumpul seribu rupiah per anak. Uangnya kita buat bubur kacang hijau, bubur ayam, wortel, bayam. Itu dibagikan saat Posyandu untuk 30an anak sehingga mereka semangat datang posyandu,” kata Martina dihubungi, Senin 26 Mei 2020.
Dikatakan Martina, kampanye PMT boleh dikatakan sebagai strategi perang melawan stunting di Dusun Popor. Program ini kemudian mendapar dukungan dari Ayo Indonesia dan Puskesmas Cancar.
“Yayasan Ayo bagi susu kedelai dari bulan Agustus 2019 sampai Januari 2020, masing-masing 2 kg per anak stunting. Kalau dari Puskesmas bagi PMT biskuit dan curcuma serta vitamin tambah darah untuk ibu hamil,” ujarnya.
Alhasil, upaya perbaikan gizi terhadap anak-anak stunting mendapat angin segar. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan per Februari 2020, empat orang anak stunting dinyatakan sembuh.
“Yang parah betul (stunting) ada 4 anak, dan Puji Tuhan setelah rutin kasih susu kedelai dan curcuma serta PMT Biskuit 4 anak itu sembuh. Kalau tidak salah pak, Dusun Popor tersisa tidak lebih dari 10 anak stunting,” bebernya.
Pangan saat corona
Pandemi Covid-19 serentak melibas kondisi ekonomi masyarakat termasuk keluarga anak-anak stunting. Mereka rata-rata kehilangan daya beli akibat dari menurunnya pendapatan.
Namun Martina optimis, efek Covid-19 tidak lantas merusak manajemen pengelolaan gizi anak-anak stunting sebab jauh sebelum wabah corona berkecamuk, warga Dusun Popor sudah gencar menanam wortel dan sayuran di pekarangan rumah. Tidak hanya sayur-sayuran, masyarakat Popor juga gemar beternak ayam.
“Semua pekarangan rumah terpakai semua untuk tanam bayam, sawi, kol pokoknya sudah ditanami sayur yang ringan-ringanlah sehingga selama covid ini mungkin mereka tidak beli lauk karena ikan mahal tapi masih ada sayur-sayuran di pekarangan dan telur ayam. Saya yakin kebutuhan gizi masih stabil,” ungkapnya bernada optimis.
Sanitasi masyarakat
Upaya menekan kasus stunting kini digarap bersama oleh Puskesmas Cancar melalui kegiatan Posyandu dan Kelurahan Wae Belang melalui program Sanitasi Berbasis Masyarakat (STBM).
Lurah Wae Belang, Rudolf A. Paul ketika dihubungi terpisah mengaku upaya pencegahan stunting juga terlihat pada meningkatnya kualitas sanitasi lingkungan warga.
“Program sanitasi terbukti paling cepat meningkatkan akses sanitasi dan perubahan perilaku higiene masyarakat karena menyasar langsung ke tingkat rumah tangga,” kata Lurah Rudolf.
Kiprah STBM Kata Rudolf berfokus pada perubahan perilaku dan menyentuh sarana sanitasai dasar.
“Secara umum prilaku kesehatan sudah baik, jamban masyarakat terpantau standar semua, begitu juga kebiasaan di dalam rumah, buang sampah pada tempatnya dan rajin cuci tangan. Perubahan perilaku saya kira turut menekan stunting di Kelurahan Wae Belang,” tuturnya.
Sayangnya menurut Rudolf, kampanye bahaya stunting tidak dibarengi dengan dukungan anggaran dari Kelurahan Wae Belang. Ia pun berterima kasih untuk upaya-upaya promotif dan prefentif stunting yang dilakukan oleh Pukskesmas Cancar dan lembaga non pemerintahan yang terlibat.
“Beda dengan desa, ada pos sendiri untuk stunting, kalau kelurahan ini tidak ada. Saya kira kegiatan Posyandu dan LSM Ayo Indonesia punya andil besar menekan angka stunting di Wae belang ini,” imbuhnya.
Ketika ditanya kondisi gizi anak-anak stunting selama pandemi corona berlangsung , Lurah Wae belang mengaku belum mendapat laporan dari para kader Posyandu. Menurutnya, kegiatan Posyandu di 5 pos pelayanan masing-masing Posyandu Cancar, Weol, Pong Noang, Cara dan Popor dihentikan sejak Maret 2020.
Peduli Stunting dan Imunisasi Saat Corona
Karena adanya larangan berkumpul maka Puskesmas Cancar Kecamatan Ruteng melakukan kunjungan rumah 8 pos Posyandu di wilayah pelayanan Puskesmac Cancar yakni di Kelurahan Wae Belang, Desa Rai, Meler, Golo Worok, Belang Turi, Pong Murung, Compang Dalo dan Pong Lale. Kegiatan home care ini mengisi kevakuman kegiatan Posyandu yang terhenti akibat pandemi Covid-19.
Kepala UPTD Puskesmas Cancar, Kanisius Nabur menjelaskan, kegiatan dilaksanakan selama bulan April dan Mei 2020. Disampaikan Kanisius, kunjungan rumah sama dengan Posyandu bedanya adalah penimbangan pada kunjungan rumah khusus untuk anak-anak stunting yang beresiko. Sedangkan visitasi bumil juga bagi yang berisiko tinggi.
“Seperti Posyandu, petugas membagikan PMT bikuit kepada anak-anak stunting, curcuma dan vitamin tambah darah kepada ibu hamil. Selain itu petugas juga memberi edukasi gizi dalam rangka memperkuat imunitas tubuh anak-anak stunting dan bumil,” paparnya.
Dijelaskan Kapus Kanisius, jumlah balita stunting di 9 lokasi Posyandu di bawah intrvensi Puskesmas Cancar berjumlah 511 anak stunting dan Kelurahan Wae Belang menduduku posisi tertinggi dengan jumlah stunting 95 kasus dari total sasaran 320 balita yang terbagi dalam dua kelompok berdasarkan umur yakni 0-23 bulan dan 24-59 bulan serta berdasarkan tinggi badan pendek dan sangat pendek.
“Kelurahan Wae Belang tertinggi yakni 29,69 persen dari total stunting 511,” kata Kanisius Nabur kepada floressmart.
Dalam kunjungan rumah ini petugas Puskesmas juga melakukan tanya jawab menyangkut kondisi pangan dan gizi selama pandemi covid berlangsung.
“Kita minta ke petugas yang jalan agar keluhan masyarakat ini dicatat. Dari laporan teman-teman itu nanti kita bisa mengetahui keadaan gizi dan pangan keluarga stunting ini seperti apa,” sebutnya.
Imunisasi
Selama pandemi Covid-19, kegiatan imunisasi tetap berjalan. Sebab masih banyak balita di wilayah pelayanan Puskesmas Cancar yang mesti mendapat imunisasi tambahan.
Kepala UPTD Puskesmas Cancar Kanisius Nabur mengatakan imunisasi merupakan perlindungan primer bagi bayi terhadap penyakit-penyakit yang membahayakan tumbuh kembangnya termasuk stunting.
“Kegiatan imunisasi tetap berjalan namun mengikuti Petunjuk Teknis (Juknis) imunisasi selama masa pandemi Covid-19. Kalau di bulan April kita masih ikut pedoman jaga jarak tapi ada juknis terbaru bahwa petugas medis harus menggunakan APD lengkap saat pelayanan imunisasi,” ujarnya menambahkan.(js)