H2C: Harap-harap Cemas

Pelipatan surat suara Pilkada Mabar (photo : istimewa).

Oleh : Ferdinandus Robin Dana

Floressmart- Banyak orang menerima bahwa menunggu itu membosankan! Karena ada banyak rasa hati dan pikiran yang berkecamuk. Bahkan ada yang saling bertabrakan. Sehingga dirasa membosankan dan kurang nyaman.

Seperti ini juga situasi batin dan pikiran keempat calon Bupati dan Wakil Bupati Manggarai Barat, was-was menanti hasil pilkada mendatang. Mereka sedang harap-harap cemas menunggu deadline di 9 Desember itu. Saatnya untuk menata kembali hiruk pikuk pikiran dan suasana hati.

Menarik sekali bila kita tengok lagi program kerja masing-masing paslon. Semua paslon membeberkan lebih dari 10 program kerja. Tentu saja pengurutan program ini berdasarkan prioritas dan urgenitas setiap paslon. Tidak asal pasang dan urutkan. Betul kan? Atau ada paslon yang menempatkan saja program-program tersebut?

Gagasan ini hanya mengambil 3 (tiga) program dari setiap pasangan calon. Dan diulas berdasarkan urutannya.

Titik awal dan pertama

Paket PARIS (Pantas-Rizky), poin pertama adalah lanjutkan membangun jalan dan jembatan di seluruh wilayah. Artinya, keduanya hendak melanjutkan kerja membangun jalan dan jembatan. Perkerjaan ini telah atau sedang dikerjakan saat ini.

Karena itu, mereka ingin, pekerjaan itu terus dilakukan. Dengan pertimbangan bahwa sarana jalan dan jembatan itu hakiki dan uregen saat ini. Agar pergerakan manusia, barang, ide atau apa pun bisa mudah sekaligus cepat.

Program pertama paket MISI (Maria-Silverius) adalah memperjuangkan agar masyarakat bebas dari hidup miskin. Keduanya berjuang untuk merebut sesuatu yang selama ini menjadikan masyarakat Manggarai Barat itu hidup miskin.

Dengan pengandaian bahwa saat ini masyarakat Manggarai Barat “dijajah” oleh penguasa kemiskinan. Karena itu harus berjuang untuk merebutnya agar lepas dari (penguasa) kemiskinan itu.

Lalu, pasangan Edistasius Endi-Yulianus Weng (Edi-Weng) terlihat berbeda. Bagi keduanya, (menciptakan) Labuan Bajo Smart City dan menciptakan kota-kota baru di kecamatan menjadi poin pertama.

Baca juga  Kukecup Tangan-Mu

Menarik bawah Labuan Bajo diciptakan agar menjadi kota cerdas (smart city). Sedang tempat-tempat lain yang ada di setiap kecamatan baru dijadikan kota. Belum dijadikan sebagai kota cerdas.

Dan, pasangan Andry-Gapul (AG) juga berbeda. Poin pertamanya adalah menunjang perbaikan penghasilan atau kinerja PNS. Mulai dari staf sampai Sekda sebesar 5 kali tunjangan penghasilan sebelumnya.

Kata menunjang ini sama artinya dengan menopang, menyokong. Dan perbaikan adalah dalam keadaan menjadi baik. Memang terkesan aneh. Bahwa menopang dalam keadaan baik terlihat berlebihan. Semestinya yang ditopang atau yang ditunjang itu bukan yang dalam situasi menjadi baik.

Titik kedua

Program kedua PARIS adalah pembangunan ekonomi berbasis masyarakat dengan membantu dan melindungi UMKM, termasuk pedagang kecil dan angkutan kota. Ada dua kata kerja di program mereka. Yakni, membantu dan melindungi. Dengan pengandaian bahwa setelah bantu, yah harus lindung.

Paket MISI mengangkat poin ini sebagai program kedua yakni, menjadikan Labuan Bajo sebagai etalasi dunia. Caranya dengan menata kota ini sehingga menarik pengunjung yang berwisata di Manggarai Barat.

Kata menjadikan ini sepadan dengan menciptakan. Ada makna proses di dalam kata ini. Paket ini hendak menciptakan (dari ketiadaan) Labuan Bajo seperti rak, kotak. Atau tempat untuk memamerkan sesuatu yang berseni tinggi, antik, dagangan berharga dari berbagai dunia. Wow, ajaib dan takjub sekali program ini bila itu terwujud.

Paket Edi-Weng hendak mewujudkan pemerintahan yang bersih, efektif dan terpercaya, sebagai program kedua. Kata ini sepadan dengan kata melaksanakan. Tentu ini menjadi cita-cita dan titik tujuan setiap pemerintahan. Dan sungguh mulia program ini.

Paket AG meletakkan penataan Labuan Bajo menuju kota internasional sebagai program kedua. Kata ini mengandung makna proses mengatur, menyusun agar terlihat bagus, rapi dan teratur. Artinya, saat ini belum terlihat proses seperti itu di Labuan Bajo. Sehingga perlu penataan.

Baca juga  Pilkada Premium dengan Hari Anti Korupsi

Titik ketiga

Program ketiga pasangan PARIS seperti demikian: pengadaan air minum bersih kota Labuan Bajo dan di seluruh kecamatan serta desa. Kata pengadaan ini mengandung makna proses, perbuatan mengadakan, menyediakan air minum bersih. Artinya, air bersih ini belum tersedia saat ini di Labuan Bajo. Apalagi di kecamatan dan desa. Karena itu, merea hendak menyediakan itu.

Dan, bebas dari kebodohan menjadi program ketika paket MISI. Salah satu cara adalah meningkatkan kualitas guru-guru dari segi penghasilan. Sejajar dengan program pertama, paket ini hendak membebaskan guru-guru dari kebodohan.

Namun yang jadi pertanyaan, mengapa kualitas penghasilan yang diprioritas? Bukan kualitas diri yang dijadikan sebagai poin penting. Karena bodoh itu berkorelasi dengan isi atau mutu diri.

Paket Endi-Weng mengangkat layanan publik berbasis teknologi jadi program ketiga. Dengan pengandaian bahwa para punggawa publik ini sudah melek teknologi. Sebab bila tidak, sia-sia teknologi-teknologi tersebut tapi pelayannya belum melek.

Dan paket AG menekankan penguatan infrastruktur dasar jalan, air bersih, irigasi dan perumahan bagi keluarga tidak mampu. Ini kebutuhan dasar. Karena itu harus dipenuhi.

Takar program

Di paket PARIS, ada satu kata kunci dari tiga program di atas. Yaitu, membangun. Dalam ranah Kognitif Bloom, kata operasional ini masuk dalam C6. Ini ranah tertinggi.

Antara program 1-3, rancangannya terukur. Dimulai dengan (melanjutkan) bangun infrastruktur agar gerak ekonomi daerah Manggarai Barat, lancar. Kemudian, fokus membangun Labuan Bajo sebagai ibu kota kabupaten. Paket ini merancang program dengan runut dan ber-high order thinking skill ala Bloom.

Paket MISI memberi warna berbeda. Dari berjuang untuk lepas dari kemiskinan, tiba-tiba ciptakan Labuan Bajo sebagai etalase dunia. Padahal, paket ini paham bahwa kebodohan juga jadi momok.

Baca juga  Ada PARIS di Manggarai Barat

Dengan sedikit instan, paket ini menilai penghasilan guru sebagai penyebab. Mengapa bukan kualitas diri guru yang ditingkatkan? Ini penting sekali lho! Apalagi mimpinya adalah menyiapkan Labuan Bajo sebagai etalase dunia.

Bagaimana dengan paket Endi-Weng? Program paket ini juga terkesan melompat begitu jauh. Tiba-tiba saja mereka hendak menciptakan kota cerdas. Dengan cara wujudkan pemerintah yang ideal dan siapkan layanan umum berbasis teknologi.

Betul, kota cerdas pasti terkait dengan teknologi modern. Tapi, perlu ditakar dengan baik agar tidak terkesan instan. Ujuk-ujuk menciptakan smart city. Baru kemudian bangun pemerintahan yang bersih, efektif dan terpercaya. Apakah ini tidak terbalik?

Paket AG ini juga menawarkan program yang lompatannya jauh. Hal-hal mendasar seperti jalan, air bersih, irigasi dan rumah layak baru dipikirkan belakangan. Itu pun setelah Labuan Bajo didesain jadi kota internasional. Malah yang diperjuangkan awal adalah menaikan gaji para pegawai.

Apakah ini lebih fundamen dari bangun jalan, sedia air bersih dan rumah layak yang ditempatkan di poin ketiga?

Pilihlah yang realistis

Semua program ini dilakukan selama 5-10 tahun masa memimpin. Bila dipikirkan dengan baik, program-program instan dan bombastis, mustahil dilakukan dengan tempo terbatas. Yang terjadi malah menjadi senjata yang akan memakan diri sendiri.

Ingat, program-program menjadi janji bagi masyarakat. Dan, bukan kepada patung! Dan, janji kepada keluarga dan sanak famili sendiri. Tentu beban begitu berat. Bila tidak terpenuhi, akan diingat terus. Karena itu, situasi saat ini memang sedang harap-harap cemas.

Apakah program-program itu realistis? Atau memang instan demi menjaring suara saja. Bahkan asal ditempatkan agar terlihat keren. Di Rabu depan akan terjawab semua. Masyarakat Manggarai Barat, pilihkan calon yang bukan memberikan kalajengkin saat kita meminta ikan. Atau yang bukan memberi batu saat kita meminta roti. (*)

Beri rating artikel ini!
H2C: Harap-harap Cemas,5 / 5 ( 1voting )
Tag: