Sang Maestro Keadilan Itu Telah Tiada

Oleh Ferdinandus Robin Dana

Floressmart- Betul, dia adalah seorang maestro! Tepatnya maestro keadilan dan keutuhan ciptaan. Pater Petrus Canisius Aman, OFM, atau biasa disapa Pater Peter. Ia pergi begitu cepat dalam usia 58 tahun.

Banyak orang merasakan kesedihan mendalam atas kepergiannya yang terkesan mendadak. Betapa tidak, beberapa temannya mengisahkan bahwa ia masih terlibat diskusi dalam grup WhatsApp hingga pukul 13.09 WIB. Itulah keterlibatan akhir dia dalam dunia nyata ini. Karena setelah itu, ia dikabarnya pergi menghadap Sang Khalik, tepat pukul 20.55.

Ia meninggalkan banyak perjuangan bersama tarekatnya Ordo Fratrum Minorum (OFM). Banyak perjuangannya dalam menegakkan keadilan dan keutuhan ciptaan berakhir gembira. Begitulah seorang pejuang sejati. Ia tidak pernah menyerah dengan setiap keterbatasan. Justru, ia semakin brilian dalam menemukan jalan keadilan.

Baca juga  Pilkada Premium dengan Hari Anti Korupsi

Bermula dari rumah sederhana

Penulis memang tidak mengenal dekat dengan Pater Peter. Namun, setiap kegiatan yang melibatkan dirinya, penulis selalu ada. Termasuk rekaman masa-masa awal berdirinya JPIC OFM di Jakarta.

Perjuangan Pater Peter membangun JPIC ini sungguh mengagumkan. Bermula dari gang kecil di belakang pertokoan keramik Rawasari. Di sebuah rumah sederhana dengan beberapa kamar di jalan Muhirin.

Ia bersama beberapa Fransiskan Muda dan teman-teman awam para mantan OFM, mereka memulai karya besar itu. Ternyata dari rumah sederhana itulah akhirnya terbit sebuah karya besar yang saat ini dikenal se-Nusantara.

Baca juga  H2C: Harap-harap Cemas

Tidak sering penulis mampir ke kantor sederhana itu. Namun, karena letaknya dekat, kegiatan-kegiatan yang berlangsung di situ, diketahui dengan baik. Beberapa kegiatan besar JPIC pernah ambil bagian di dalamnya.

Nama-nama seperti Marianus Nuhan, Cyprian Paju Dale, Valens Dulmin dan beberapa temannya menjadi rekan kerja Pater Peter kala itu. Mereka dikenal baik oleh penulis.

Mereka memulai dengan kegiatan-kegiatan sederhana sambil menata dan mendesain program besar terkait kemanusiaan dan lingkungan hidup.

Diskusi mingguan giat dilakukan bersama kaum muda Flores yang berdomisili dekat kantor JPIC tersebut. Bahkan ada beberapa mahasiswa semester akhir yang belajar di STF Driyarkara dan universitas lain, membuat diskusi kecil terkait skripsi mereka. Sebelum diuji di dosen penguji. Seperti pra-ujian skripsi. Pater Peter dan tim memberi ruang untuk hal-hal itu.

Baca juga  Kukecup Tangan-Mu

Ternyata dari rumah sederhana ini, terbit banyak kehebatan besar. Bahkan rumah sederhana ini pula yang menempa beberapa tokoh muda Manggarai menapaki karirnya. Adalah sosok Pater Peter yang menjadi guru sekaligus mentor mereka menemukan panggung aktif.

Sosok ini pula yang mem-peka-kan kembali kecintaan mereka akan perjuangan berbasis keadilan daalam mewujudkan keutuhan ciptaan. 

Beri rating artikel ini!
Tag: