Kukecup Tangan-Mu

Ilustrasi Natal (Photo : Pixabay)

Oleh Ferdinandus Robin Dana

Floressmart- Ini adalah judul lagu natal. Barangkali kurang familiar di telinga. Bisa juga. Karena jarang dinyanyikan saat misa natal. Syair lagunya sederhana. Tidak butuh banyak berimajinasi untuk menghayati lagu ini. Mungkin karena itu juga, lagu ini jarang dilirik paduan suara untuk dinyanyikan. Kebanyakan paduan suara lebih memilih untuk menyanyikan lagu-lagu yang brave, meriah dan terdengar agung.

Beruntung, lagu itu sudah tenar duluan. Sehingga banyak orang menyanyi atau mendengungkannya. Karena mereka sudah mengetahui liriknya. Judul bahasa Inggrisnya, Mary’s Boy Child. Lagu versi bahasa Inggris ini ditenarkan oleh Bony M di tahun 1978.

Sesungguhnya lagu ini ditulis oleh Hairstone. Ia menulis lagu itu untuk temannya yang hendak berulang tahun. Lagu tersebut berirama kalipso. Irama ini cocok untuk tamu undangan yang saat itu sebagian besar adalah orang India Barat. Judul aslinya adalah He Pone and Chocolate Tea (Roti Jagung dan Teh Coklat).

Versi orchestra lagu ini pernah dibawakan dengan megah oleh Andre Rieu (71) dan orkestranya. Saat itu, ia menggelar konser natal di kota kelahirannya, Maastricht. Diawali dengan alunan melodi biolanya yang merdu. Kemudian iringan beberapa alat musik orkestranya yang mempesona.

Baca juga  Berani Mengambil Jalan Baru

Sungguh menghanyutkan ketika mendengarnya. Menariknya, di bagian tengah penampilannya, versi Bony M. dinyanyikan bersama paduan suara gospel sebuah gereja lokal. Sebuah sajian yang membuat senyum bahagia.

Haru dan senyum

Namun, bukan hal ini yang diulas. Bagian refrain lagu versi Indonesia di atas yang menggugah. Refreinnya demikian, O Yesus kanak Manis, Kukecup tanganMu. Dengan hati penuh haru kubalas senyumMu.

Ada dua kata aneh yang mengganggu. Yakni, haru dan senyum. Dua kata ini terkesan berlawanan. Kata haru sepadan dengan kata iba, kasihan. Namun, perasaan iba, kasihan itu diungkapkan oleh sang penulis. Tentu karena melihat bayi Yesus yang lucu, gemesin, dan cakep. “Kasihan bayi kecil ini lahir di kandang dingin ini,” kira-kira seperti itu gumam rasa haru penulis.

Kemudian diikuti dengan kata senyum. Justru rasa iba, kasihan dari sang penulis dibalas dengan senyum oleh sang bayi. Sebuah reaksi lucu dan terasa tenteram dari sang bayi. Apalagi bila ia sedang lelap dalam nyenyak. Coba bayangkan! Setelah dielus-elus pipinya yang cubby, tangannya yang mungil dibelai, bayi kecil itu tersenyum. Betapa bahagianya kita yang melihatnya. Tentu saja bukan haru dengan rasa kasihan yang muncul. Tapi sebuah kebahagiaan.

Baca juga  H2C: Harap-harap Cemas

Begitulah kekuatan sebuah senyum. Rasa haru, iba dan kasihan yang tanggapi dengan sebuah senyum, akan membawa kebahagiaan dan kedamaian. Pengalih bahasa lagu ini begitu apik memilih kata. Dibalik syair yang terkesan sederhana, ternyata ia sedang memberikan sebuah senyuman.

Oh ya, di bagian bait awal, ada beberapa kata yang saling berlawanan. Seperti dingin dan tenang. Juga ada kata kaya, pandai dan miskin, sederhana. Parlawanan yang asyik dan enak untuk dibaca. Tentu semua memilki makna tersendiri.

Senyum Jokowi dan kecupan tangan Uno

Pemandangan yang aneh baru terjadi beberapa waktu lalu. Bukan permainan kata yang berlawanan seperti syair lagi di atas tadi. Tapi sebuah fakta yang tampil jelas di depan masyarakat Indonesia. Sandiago Uno, lawan kontesnya di pilpres lalu, datang dan “mengecup tangan” Jokowi. Karena ia diangkat Jokowi sebagai Menteri Parawisata dan Ekonomi Kreatif. Lucu dan geli, melihatnya!

Sebelumnya, Prabowo “mengecup tangan” Jokowi karena diangkat jadi salah satu menterinya di Kabinet Indonesia Maju. Bukan mengecup tangan secara paksa, lho! Tapi memang mengecup tangan karena seharusnya demikian. Sebagai bawahan atau pembantu presiden, Prabowo harus “mengecup tangan” Jokowi. Aneh kan, yah?

Baca juga  Pilkada Premium dengan Hari Anti Korupsi

Bangsa ini mencatat bahwa dua kali pilpres dengan melibatkan Jokowi dan Prabowo, sungguh brutal. Dan, kasihan sekali karena Prabowo begitu bernafsu untuk menang. Masih ingat kan, dua kali juga Prabowo menyampaikan pidato fiksi kemenangannya. Tentu, kita perlu menaruh rasa iba, kasihan dengan hal ini.

Sebaliknya, Jokowi selalu tampil dengan senyum. Tidak merasa dilecehkan atau disenonohkan karena selalu diolok-olok oleh pasangan lawan. Saat itu mungkin bukan senyum kebahagiaan. Tapi, senyum natura Jokowi karena menganggapnya lucu.

Senyum Jokowi saat ini tentu berbeda lagi maknanya. Orang terakhir yang pernah kasihan dan haru dengan Jokowi, Sandiago Uno, harus “mengecup tangan” Jokowi. Bukan juga dibuat-buat. Tapi, Sandiago Uni harus melakukan itu sebagai bawahan atau pembantu presiden.

Senyum Jokowi menggambarkan kebahagiaan. Bahwa Uno akhirnya “mengecup tangan” Jokowi bukan sebagai balasan atas haru, iba dan kasihan mereka. Entahlah apa makna senyum Jokowi. Hanya Jokowi dan Tuhan yang tahu. Yang pasti bagi kita adalah Jokowi tersenyum dan Sandiago Uno “mengecup tangan”-nya dengan rasa bahagia. Bukan iba atau kasihan. Tunggu senyum Jokowi berikutnya!

Beri rating artikel ini!
Kukecup Tangan-Mu,5 / 5 ( 1voting )
Tag: