Oleh : Fransiskus Malen,S.Pd (Pendamping CGP)
Dalam diskusi virtual tanggal 20 Agustus 2021 bertajuk refleksi-kritis konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara (KHD) oleh Calon Guru Penggerak (CGP) Kabupaten Manggarai, NTT, bersama Fasilitator Bapak Herman Nggili, dari Dinas Pendidikan Kota Kupang, kembali mengangkat budaya lokal Orang Manggarai.
Diskusi yang sangat menarik ini berawal dari tugas yang harus dikerjakan CGP secara kelompok yaitu mendesain kerangka pembelajaran sesuai konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD).
Saya bersama Bapak Paskalis Aron, selaku Pengajar Praktik dalam diskusi ini benar-benar menyimak sampai akhir dan merasa tertarik dengan berbagai pandangan peserta. Bapak Herman Nggili selaku Fasilitator mengarahkan peserta CGP dengan pertanyaan-pertanyaan pemantik tentang hal-hal positif pemikiran KHD dalam konteks budaya lokal Manggarai.
Setiap peserta dalam kelompok melakukan refleksi diri dan presentasi tentang sejauh mana peserta mengenal dan memahami pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD). Kelompok CGP I yang diketuai Basilius Ngabal, S.Pd., menampilkan infografis bergambar Lodok yaitu pembagian tanah Orang Manggarai berbentuk jaring laba-laba.
Kelompok CGP II yang diketuai Nova Dwi Dewantoro, S.Pd., menampilkan poster berbentuk tanaman apel. Kelompok yang mengangkat gambar lodok ini mengaitkannya dengan desain pembelajaran dalam kelas bahwa ada satu titik pusat di tengah lodok sebagai siswa, jaring laba-laba sebagai kodrat anak, dan lingkaran pembatas paling luar merupakan sekolah yang membentuk kodrat anak dalam proses pembelajaran.
Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan
Materi diskusi yang diangkat peserta sebagian besar tentang Trilogi Pendidikan KHD serta relevansinya dengan peran peserta sebagai pendidik yaitu : Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani yang merupakan jiwa dari pendidikan nasional.
Pendidikan (opvoeding) menurut KHD memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan.
Peran Pendidik adalah hanya menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.