Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Konsep Toing, Toming, Titong dan Tinu dalam Budaya Lokal Manggarai

TOING dalam Bahasa Manggarai dalam perwujudannya adalah memberitahukan, menginformasikan, dan mengajarkan sesuatu kepada orang lain.

Bentuk implemantasinya adalah “Ata Tua Titong Anak”, artinya “orangtua mengajarkan anaknya”. “Toing le Guru” artinya ‘guru mengajarkan murid’. Toing (mengajar sesuatu) yang baik harus disertai dengan Toming yaitu memberi contoh dan teladan  agar mudah diikuti oleh orang lain.

Baca juga  Miris di SDI Dongang, Orang Tua yang Menunggak Uang Komite, Anak Dilarang Ikut Ujian Naik Kelas

TITONG artinya mengarahkan, mendorong, dan menuntun.  “TITONG kop palong dia” artinya menuntun orang lain untuk melakukan hal-hal yang baik. Perilaku guru yang burukpun secara tak sadar menjadi Toing dan Titong yang buruk bagi siswa, misalnya guru merokok dalam kelas.

TOING, TOMING, DAN TITONG bermuara pada satu tujuan yaitu TINU.  ‘TINU’ mengandung makna yang sangat luas yaitu memelihara, merawat, menjaga, memberikan pengayoman, kekuatan, dan perlindungan agar tercapai keselamatan, kebahagiaan lahir dan bathin yang selaras pula dengan pemikiran Bapak Pendidikan kita KHD.

Baca juga  Hebat,Dua Siswi Peserta UN SMP Asal Satar Mese dapat Nilai 100 Matematika

Perwujudan dari TINU ini misalnya ibu menyusui/memberi makan anaknya, orangtua memberi pakaian, merawat, menyekolahkan anaknya. Anak juga melakukan TINU kepada orangtua misalnya memberi makan, merawat, dan melindungi orangtua. Orangtua yang lalai atau tidak melakukan TINU kepada anaknya bukanlah orangtua yang baik sebab anaknya tidak akan hidup layak.

Anak yang lalai atau tidak melakukan TINU kepada orangtuanya adalah anak yang tidak tahu berterima kasih maka orangtuanya akan hidup sengsara. Dalam kata Tinu ini tercakup segala aspek perhatian dan pemeliharaan yang memungkinkan hidup dapat berkembang mekar dan menjadi lebih hidup.

Baca juga  Seluruh SMK Di Manggarai Gelar Lomba LKS dan Keahlian
Tag: