Refleksi HDI 2022, Stigma dan Kesenjangan Pendidikan Kaum Difabel di Manggarai

Kemeriahan HDI 2022 di Aula Asumpta Ruteng (Foto : Floressmart).

Floressmart- Hari Disabilitas Internasioanal (HDI) diperingati pada tanggal 3 Desember setiap tahun. Untuk tingkat Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur, HDI ke-30 digelar di Aula Asumpta Paroki Katedral Ruteng, Sabtu (3/12/2022).

Membuka rangkaian acara HDI, Ketua Panitia Elias Dagung mengatakan, HDI diperingati sebagai bentuk penghargaan terhadap jasa, peran dan kemampuan penyandang disabilitas di seluruh dunia. Dia jua membeberkan fakta miris yang masih merundung kedupan para difabel khususnya stigma dan kesenjangan pendidikan.

“HDI juga ditujukan untuk mempromosikan hak dan kesejahteraan penyandang disabilitas di semua bidang,” ungkap Elias.

Di hadapan ratusan penyandang disabilitas dari SLB Karya Murni Ruteng, SLB Tenda, anak-anak berkebutuhan khusu dari St. Damian Cancar, para pendidik dan jajaran pemerintahan, Elias melempar sejumlah pertanyaan refleksi.

“Menjadi pertanyaan adalah apakah refleksi dan aksi terhadap upaya kesetaraan dan pemberdayaan disabilitas sudah mencapai hasil yang memuaskan? Sejauh mana pengaruh dari HDI terhadap kehidupan sahabat disabillitas,” singgung Elias.

Dia juga menyoroti peran semua pihak dalam mengarusutamakan pembangunan dengan melibatkan penyandang disabilitas secara penuh dan dalam perwujudan kesetaraan sebagai manusia yang sederajat di hadapan hukum sebagai warga negara.

“Sejumlah pertanyaan di atas senantiasi bisa dibangun untuk mengetahui sejauh mana dampak dari HDI ini bagi penyandang disabilitas dan juga stakeholder lainnya,” gugat Elias.

Baca juga  Pernyataan Bersama Menuju Pembangunan Inklusif, Kado Hari Disabilitas 2022

Stigma masih kuat

Menurut Elias Dagung, stigma negatif terhadap keberadaan penyandang disabilitas masih kuat dan menghambat kemajuan dan upaya pemberdayaan disabilitas.

Penyandang disabilitas ujarnya, dianggap tidak bisa, tidak mampu, tidak berdaya dan bahkan dibiarkan. Harapnya, penyandang disabilitas dijadikan objek pembangunan dengan mengedepankan cara-cara karitatif.

“Capaian pemerintah dan lembaga kadang merasa cukup dengan memberikan sedekah atau bantuan  sembako. Kita belum mampu bergeser pada pandangan humanis dengan mengedepankan hak asasi manusia. Upaya berkelanjutan yang bersifat pemberdayaan masih jauh dari harapan masyarakat umumnya,” kritik Elias.

Kesenjangan pendidikan

Satu hal juga yang diangkat dalam sambutan Elias yakni adanya kesenjangan masih dialami oleh penyandang disabilitas dalam bidang pendidikan.

“Fakta khusus yang mau kita refleksikan dalam peringatan HDI tahun ini adalah kesenjangan dan hambatan yang dialami oleh penyandang disabilitas dalam dunia pendidikan.

Beruntung kata dia, Yayasan Karya Murni Ruteng melalui pendekatan IBR (Interest Based Relational) selama ini melayani pendidikan bagi anak netra dan anak rungu.

Bagi anak netra dan rungu setelah menamatkan SD di SLB Karya Murni seharusnya bisa dilanjutkan pada jenjang di atasnya di sekolah reguler atau sekolah umum. Namun, tidak semua sekolah bisa menerima anak dengan kondisi kekhususannya ini.

Baca juga  Pernyataan Bersama Menuju Pembangunan Inklusif, Kado Hari Disabilitas 2022

Di lingkungan sekolah regular tempat mereka belajar pun masih ditemukan perlakuan yang kurang baik misalnya, masih adanya kasus bully di sekolah. Kemudian lanjutnya, anak rungu sama sekali belum diterima di sekolah umum.

Ratusan difabel menghadiri HDI 2022 di Aula Asumpta Ruteng (Foto : Floressmart).

Nasib difabel di pedesaan

Elias Dagun juga mengangkat fakta miris Cerita yang dialami penyandang disabilitas fisik atau anak grahita di desa-desa.

Disebutkan Elias, hampir 80 % anak grahita di pedesaan tidak mengenal pendidikan, padahal ada beberapa anak yang mungkin bisa disekolahkan.

Ada juga kisah bagaimana anak berkebutuhan khusus yang disekolahkan di sekolah umum, namun perhatian terhadap mereka sangat memprihatinkan.

“Mereka kadang dibiarkan bermain sesukannya di kelas, atau diabaikan. Hal ini sangat kontra dengan persepsi regulasi dalam dunia pendidikan yang mengharapkan bahwa semua anak yang disekolahkan pada satuan pendidikan harus mendapat pelayanan maksimal tanpa diskriminasi,” beber Alias.

“Stigma anak berkebutuhan ksusus tidak bisa sangat kuat di masyarakat. Kemampuan literasi dan lainnya pun diragukan. Padahal kita bisa menyaksikan bagaimana kemampuan anak netra di SLB Karya Murni sudah berkopentensi sampai ke ajang internasional,”imbuhnya.

Untuk mengeliminir stigma dan perlakuan tidak menyenangkan di tengah masyarakat, panitia HDI meramu kegiatan ini dalam tema khusus : “Menghapus Stigma, ABK  bisa , Ayo Inklusi”.

Baca juga  Pernyataan Bersama Menuju Pembangunan Inklusif, Kado Hari Disabilitas 2022

HDI diharapkan bukan sekedar seremonial tahunan. Melalui kegiatan ini sangat diharapkan mampu meningkatkan pemahaman akan upaya kesetaraan dan pemberdayaan disabilitas di Manggarai ke depan lebih khusus dalam bidang pendidikan.

“Mari kita berjuang  mendorong tercapainya pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas dengan mengedepankan prinsip humanistik dan berbasis hak asasi manusia,” cetusnya.

Menyikapi beberapa cerita miris di atas, panitia pada kegiatan HDI 2022 ini meramu tema khusus yakni Menghapus Stigma, ABK bisa, Ayo Inklusi.

Seperti disaksikan, anak-anak difabel unjuk kebolehan di atas panggung HDI. Mereka bernarasi lewat literasi dan musik. Penampilan anak-anak difabel itu membuat haru para hadirin.

“Kami sangat yakin bahwa anak kami lebih bisa dan lebih mampu dan tidak terkalahkan dengan anak lain seusianya. Masalahnya hanya soal ruang dan waktu,” tutup Elias Dagung.

Hadir dalam HDI ke-30 ini, Bupati Manggarai Heribertus Nabit dan jajarannya, guru dan tenaga kependidikan dari sekolah inklusif, guru dan tenaga kependidikan dari beberapa sekolah dalam wilayah Kecamatan Langke Rembong, LSM mitra Ayo Indonesia dan Plan International.

Kegiatan ini terselenggara atas kerja sama Yayasan Karya Murni Ruteng bersama SLB Tenda, Sekolah Inklusif SMPN 2 Ruteng, SMAK St. Fransiskus Ruteng, SMAK Setia Bakti Ruteng, NGO Ayo Indonesia, Wahana Visi Indonesia dan Pertuni.(js)

Tag: