Derita Nova, Bayi Hidrosefalus Tak Bisa Dioperasi karena Ketiadaan Biaya

Nova, bayi hidrosefalus yang tidak bisa diperasi karena ketiadaan biaya (Foto : Ist).

Floressmart- Maria Novantri Anul menjadi sering demam dan menangis terus-menerus. Seiring bertambahnya waktu kepala bayi berpanggilan Nova ini bertambah besar.

Buah hati pasangan Stanis Mbaling (35) dn Rofina Nunur ini menderita hidrosefalus saat usianya menginjak 6 bulan. Usia Nova saat ini baru satu tahun.

Di kampung Golo Karot, Kelurahan Tangge, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tengara Timur, orang tua Maria Novantri tercatat sebagai KK miskin.

Kondisi tersebut membuat upaya penyembuhan Nova tidak dapat diteruskan setelah pemeriksaan terakhir di Rumah Sakit Siloam Labuan Bajo pada September 2022 lalu.

Kian hari kondisi Nova ini semakin memprihatinkan. Di saat yang sama kondisi ekonomi kedua orang tuanya juga lagi morat-marit.

Rofina Nunur menuturkan, buah hatinya itu lahir dalam keadaan normal pada 1 Desember 2021 lalu. Namun ketika 6 bulan usianya, bungsu dari tiga bersaudara ini makin sering panas tinggi dan kejang-kejang diikuti menangis yang panjang seakan merasakan kesakitan yang luar biasa.

“Pas usianya enam bulan, anak kami menangis terus selama seminggu, kami bingung kenapa dia menangis. Setelah itu mulai nampak bengkak di area kepalanya dan badannya kaku,” ujar Rofina Nunur ditemui di kediamannya, Selasa (13/12/2022).

Ia mengatakan, karena kepala bayi Nova terus membesar, dia kemudian dibawa ke puskesmas. Hasil pemeriksaan di Puskesmas Wae Nakeng menunjukkan Nova menderita hidrosefalus. Hidrosefalus merupakan masalah kesehatan yang umum dialami oleh bayi dan anak-anak, ditandai dengan penumpukan cairan di rongga otak.

Petugas medis di Puskesmas Wae Nakeng menyarankan agar Nova diperiksa lengkap di Rumah Sakit Siloam Labuan Bajo.

Dalam pemeriksaan RS Siloam yang dilakukan sepekan kemudian, Nova disarankan lagi untuk segera dirujuk ke Bali. Karena keterbatasan ekonomi, upaya pengobatan Nova tidak satupun yang berjalan.

“Waktu di rumah sakit Siloam, pihak rumah sakit menyarankan kami rujuk ke Bali untuk dioperasi karena tidak uang, kami memutuskan untuk dirawat di rumah saja pak ,” ungkap Rofina.

Ngemis bantuan ke keluarga

Rofina merupakan seorang ibu rumah tangga yang tak berpenghasilan. Sementara suaminya, Stanis Mbaling hanyalah seorang petani yang setiap hari bekerja serabutan.

“Kami ini mau makan saja susah. Apalagi mau biaya pergi dan hidup selama di Bali. Kesana itu kan butuh biaya banyak,” ujarnya sembari mengusap air mata.

Rofina adalah ibu yang tegar dan sabar. Tiap hari ia mengurus Nova dengan penuh kasih.

Ia menceritakan, semenjak anaknya sakit, Rofina tidak bisa kemana-mana sebab Nova tidak mau digendong oleh siapapun sekalipun oleh ayahnya sendiri.

“Selama dia sakit, dia hanya mau digendong oleh saya pak, saya seperti hidup di penjara pak,” kata Rofina lagi.

Rofina lantas mengisahkan beban hidupnya yang seolah tak berujung.

“Saking pusingnya saya urus Nova, karena tiap hari mau digendong, saya melampiaskan emosi ke kedua anak saya yang normal.Yang buat saya semakin beban dan pusing, disaat saya mau ini, mau itu, tidak ada uang. Nova tidak mau makan dan minum selain bubur dan susu” keluh Rofina.

Rofina mengungkapakan, ia terpaksa mengemis ke keluarga besarnya untuk membeli susu untuk anaknya karena tak ada uang.

“Kalau tidak ada uang, saya rela mengemis ke keluarga- keluarga minta susu, itu semua saya lakukan demi anak saya pak, saya sangat sayang anak saya pak,” lirihnya.

Walauppun beban yang dipikul Rofina sangat berat, ia tetap mengurus anaknya dengan penuh cinta. Sama dengan istrinya, Stanis juga mengeluhkan hal yang sama bahwa ia juga merasa tak berdaya di tengah kondisi yang serba kekurangan.

“Supaya beban saya hilang, saya biasanya bekerja di sawah orang dengan upah Rp70 ribu per hari. Itupun jarang sebulan paling lima kali harian. Uang tersebut hanya untuk kebutuhan Nova pak,” kata Stanis.

Stanis mengatakan bahwa ia hanya punya sebidang sawah berukuran 200 M2. Namun semenjak anaknya mengidap hidrosefalus, ia memilih melepas sawahnya, selain karena kekurangan biaya dan focus merawat Nova.

“Sakit yang diidap anak saya membuat keluarga saya juga turut sakit bahkan ekonomi keluarga saya lumpuh pak,” sambungnya.

Stanis sangat membutuhkan bantuan termasuk kepada pemerintah desa setempat.

“Anak saya tidak pernah mendapatkan bantuan apa apa dari pemerintah. Banyak pihak hanya datang untuk foto dengan iming-iming bantuan tapi habis begitu saja, ” akunya.

Stanis berharap semoga dengan pemberitaan media bakal ada pihak yang terketuk untuk membantu meringankan keluarganya utamanya untuk kesembuhan Nova.

“Saya tidak bisa berdaya lagi pak, saya pasrah. Tolong bantu anak saya pak,” tutup Stanis. (js)

Tag: