Floressmart- Kematian Ferdinandus Habu diduga kuat akibat aksi pengeroyokan yang dialaminya di pantai Ndaong Satarmese namun kepolisian masih harus memperkuat penyelidikan dengan melakukan otopsi forensik terhadap jasad korban mengingat korban meninggal di rumahnya belasan jam setelah dianiaya sekelompok orang.
Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Manggarai Iptu Hendrick R.A Bahtera menjelaskan, pihaknya melakukan otopsi forensik untuk mengungkap sebab pasti kematian Ferdinandus Habu meskipun pria 31 tahun tersebut diduga kuat meninggal akibat aksi pengeroyokan yang terjadi pada 1 Januari 2023 itu.
Seperti dipantau, otopsi atau bedah mayat dilakukan di kamar jenazah RSUD Dr.Ben M Mboi Ruteng pada Selasa malam (3/1/2023) dimulai pukul 20.30 hingga pukul 22.30 WITA oleh spesialis forensik Rumah Sakit Bhayangkara Polda Nusa Tenggara Timur.
“Ini bagian dari penyelidikan kasus ini. Kita minta otopsi forensik ke rumah sakit Polri Polda NTT dan malam ini dokter forensik dan timnya tiba dan langsung melakukan otopsi. Intinya lebih cepat lebih baik” kata Iptu Hendrick Bahtera, Selasa malam.
Puluhan anggota keluarga berkumpul di luar ruang jenazah menunggu sampai otopsi dilakukan secara tertutup itu selesai.
Dokter spesialis forensik Rumah Sakit Bhayangkara Kupang, AKBP dr. Edi Syahputra Hasibuan menjelaskan tujuan otopsi untuk mencari sebab-sebab kematian.
“Kalau luka-luka di tubuhnya ada. Tapi kita belum bisa buka karena masih penyelidikan. Selain ditemukan memar pada tengkorak juga terdapat gumpalan darah di otak akibat kekerasan akibat benda tumpul,” ujarnya singkat.
Usai diotopsi, jenazah Ferdinandus dibawa ke kampungnya di Gara Desa Manong Kecamatan Rahong Utara.
Dikeroyok saat pulang dari pantai
Seperti diberitakan, perkelahian yang terjadi di pantai Ndaong Desa Satar Loung Kecamatan Satar Mese Manggarai, Minggu (1/1/2023) siang antara kelompok warga Laci Desa Langgo dan warga Longos Desa Bea Kondo Kecamatan Satar Mese Barat berlanjut pada aksi pengeroyokan terhadap Ferdinandus Habu. Penganiayaan terjadi ketika Ferdinandus bersama tiga rekannya hendak pulang dari pantai Ndaong.
Akibat terkena pukulan kayu dan lemparan batu, Ferdinandus menderita luka serius di bagian kepala. Kondisi yang sama juga dialami Rino dan Klemens. Sedangkan satu orang bernama Lon selamat dari aksi pengeroyokan itu. Aksi pemukulan berhenti setelah para korban lari menyelamatkan diri.
Karena mengalami luka serius, Ferdinandus, Rino dan Klemens lari meminta pertolongan di Puskesmas Iteng. Setelah mendapat perawatan medis, para korban yang tinggal bertetangga itu akhirnya pulang ke rumah mereka di Pong Kukung Desa Wewo Satar Mese.
Di rumahnya Ferdinandus mengeluh sesak di dada dan muntah-muntah. Kondisinya terus memburuk hingga akhirnya pria 31 tahun itu meninggal Senin pagi (2/2/2023) sekitar pukul 05.30 WITA.
Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Manggarai, Iptu Hendrick R.A Bahtera membenarkan kasus penganiayaan dan kematian Ferdinandus Habu. Menurutnya, aksi penganiayaan itu terjadi pada Minggu (1/1/2023) sekitar pukul 15.00 WITA.
“Waktu mau keluar dari pantai korban dan tiga rekannya dihadang sekelompok orang,” kata Iptu Hendrick.
Kepolisian, kata Kasat Hendrick, telah memeriksa belasan orang untuk mengusut tuntas kematian suami Genoveva Ndawung tersebut.
Kasus kematian pria asal kampung Gara Desa Manong Kecamatan Rahong Utara ini awalnya dilaporkan ke Polsek Satar Mese sebelum akhirnya penyelidikannya diambil alih Satreskrim Polres Manggarai.
“Kita sudah mendatangi TKP. Saya sendiri yang pimpin tim ke TKP dan rumah duka. Selain memeriksa saksi dan istri korban, kita juga memeriksa beberapa orang,” ujar dia.
Kendati Kasat Hendrick menolak menyebut terduga pelaku yang diamankan namun sumber di Polres Manggarai menyebut bahwa sekitar 14 orang yang diperiksa berasal dari kampung Longos Satar Mese Barat
“Yang diamankan ada yang dikategorikan sebagai pelaku. Mereka dari Longos,” buka sumber itu seraya meminta identitasnya dirahasiakan. (js)