Floressmart- Septiani Amora Abela dirawat di ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ruteng Manggarai Nusa Tenggara Timur sejak 20 Februari 2023. Balita yang biasa dipanggil Moi ini menderita gizi buruk parah.
Meskipun usianya sudah 2 tahun 5 bulan tapi berat badan anak kedua pasangan Getrudis Ani (28) dan Ferigensius Edu (30) itu hanya 7 kilo. Bobot normal untuk anak perempuan seusianya berkisar 9-15 kilogram.
Moi masuk rumah sakit dengan kondisi sesak napas parah bahkan sempat kritis sehingga dirawat tiga hari di ruang ICU (intensive care unit).
Bahkan kondisi Moi bahkan memperlihatkan gejala marasmus akibat malnutrisi akut dengan ciri perut buncit, kaki dan tangan mengecil, kulit keras dan keriput, rambut rontok juga sering sesak nafas.
Sebelum masuk di RSUD Ruteng, bocah ini sempat dirawat di rumah sakit Siloam Labuan Bajo. Hasil pemeriksaan ct scan tidak ditemukan kelainan pada tulang dan otak Moi maupun penyakit penyerta selain ia menderita gizi buruk.
“Dua malam di Siloam hasil pemeriksaan ct scan seua baik tulang dan otak. Dokter bilang hanya gizi buruk,” kata Getridus di ruang rawat Teratai Kelas III RSUD Ruteng, Senin (6/3/2023).
Selama kehamilan Moi, Eldetrudis Ani rutin memeriksakan diri ke puskesmas begitupun setelah anak keduanya itu lahir, ia rajin mengikuti posyandu di kampungnya di Runa Desa Suka Ngkiong Kecamatan Kuwus Manggarai Barat.
“Selama hamil saya rajin periksa ke puskesmas dan setelah lahir rajin ke posyandu,” tutur Getrudis.
Tidak dipungkiri, masalah gizi dan ekonomi keluarga yang morat-marit penyebab utama terjadinya gizi buruk dalam keluarga Moi terlebih Ferigensius dan Edeltrudis hanyalah pekerja serabutan berpenghasilan minim.
Getrudis menuturkan, buah hatinya itu mulai tampak kurus saat usianya menginjak 24 bulan atau 2 tahun. Upaya menambah berat badan Moi terus dilakukan tapi tak berdampak sebab Moi hanya diberi nasi yang yang diencerkan dengan kuah sayur.
“Dari nol bulan sampai sekarang dikasih nasi putih saja sama kuah. Sesekali saja makan telur. Kita ini kan lebih banyak kerja di orang punya kebun makanya sering kasih tinggal dua anak kami di rumah dijaga sama nenek,” sebut Getrudis.
Riwayat gizi buruk dari anak pertama
Riwayat gizi buruk tampaknya diwariskan kepada Moi setelah hal serupa terjadi pada anak sulung mereka yang kini berumur 6 tahun.
“Anak sulung kami juga pernah gizi buruk tapi tidak separah adiknya ini. Anak pertama kena waktu usia 2 tahun sama persis dengan adiknya ini tapi kakaknya itu kembali normal pada usia 3,5 tahun dan sekarang sudah sembuh,” beber Getrudis.
Minim bantuan
Di Desa Ngkiong Suka, keluarga Getrudis tercatat sebagai keluarga miskin tapi minim bantuan. Sejak dinyatakan gizi buruk Moi hanya sekali Moi diberi PMT dan telur dari bantuan desa.
Orang tua Moi bukanlah penerima bantuan PKH tapi mendapat bansos Covid-19 yang diterima tiga bulan sekali atau Rp600 ribu sekali terima.
“Kita tidak terima PKH. Tapi dapat bansos pada 2021 dan 2022. Dari desa hanya satu kali dapat susu dan dari puskesmas dapat telur satu papan hanya tahun lalu pak,” Untung saja biaya perawatan anak kami selama di RSUD Ruteng ditanggung BPJS,” kata Getrudis.
Pihak RSUD tolak diwawancara
Sementara itu, pihak rumah sakit tidak bersedia memberi keterangan terkait gizi buruk yang diderita Moi dengan alasan kode etik di mana hanya pihak keluarga yang boleh mengekspose rekam medis pasien.
“Saya sudah tanyakan ke penanggung jawab ruang anak katanya tidak bisa disampaikan ke media. Itu terkait kode etik dan hak pasien dan keluarganya. Sarannya bisa tanya langsung ke orang tua karena hanya mereka yang punya kapasitas untuk itu. Rumah sakit tidak diberikan hak untuk menyampaikan rekam medis pasien ke media,” sebut Kepala Tata Usaha (KTU) RSUD Ruteng, Rosa Delima Jeni Moa ketika ditemui di ruang kerjanya.

Kapolsek Kuwus Ipda Arsy Lentar serahkan bantuan ke ibu balita gizi buruk di RSUD Ruteng (Foto : Floressmart).
Kapolsek beri bantuan
Derita Moi mengetuk kepedulian Kapolsek Kuwus Ipda Arsy Lentar. Tempat asal Moi yakni kampung Runa berada di wilayah hukum Kepolisian Sektor Kuwus Manggarai Barat.
Informasi kasus gizi buruk di kampung Runa diketahui tiga pekan lalu. Ipda Arsy bahwasannya ingin melakukan kunjungan rumah tapi batal setelah diinformasikan bahwa Moi sudah dua pekan lalu masuk rumah sakit.
Ipda Arsi dan dua orang anggotanya datang untuk menyerahkan uang dan susu kepada Getrudis Ani. Selain itu Ipda Arsi juga sedikit memberi wejangan kepada Getrudis seputar pola asuh anak dan gizi keluarga.
“Kita memberikan edukasi yang sesuai dengan pedoman penanggulangan stunting. Jadi ibu sampai di rumah nanti rajin konsumsi daun kelor dan susu kedelai ya. Pelihara ayam supaya telurnya rutin diberikan kepada adik Moi dan kakaknya yang ternyata pernah alami gizi buruk,” pesan Ipda Arsy.
Lebih lanjut Arsi yang dikenal luas sebagai pegiat sosial ini berkomitmen ikut memerangi masalah stunting di wilayah Polsek Kuwus.
“Arahan pimpinan kami agar kami ikut menanggulangi stunting. Di wilayah hukum Polsek Kuwus kita sudah mengintervensi beberapa kasu serupa dan puji Tuhan ada yang sudah sembuh dari stunting termasuk yang gizi buruk,” tutupnya. (js)