Floressmart- Puluhan hektare tanaman padi di Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur dilanda kekeringan parah yang berlangsung hampir 4 bulan.
Hal tersebut membuat sejumlah padi pada Musim Tanam 2 (MT2) milik para petani di wilayah itu puso atau gagal tumbuh.
Seperti yang terjadi di sawah milik Gabriel Ombos dan Fabianus Noe alamat Jati di Kelurahan Baru, Kecamatan Reok. Petak-petak sawah mereka tampak meranggas karena ketiadaan air.
Tak hanya itu, padi milik Emilianus Amon dan Baba Reni di pinggir jalan Reo – Kedindi juga terkena imbas dari musim kering yang berkepanjangan ini.
Pantuan Floressmart, sejumlah tanah terlihat retak dan terbelah, padi pun ikut layu dan menguning bak terserang hama. Padahal usia tanaman hampir memasuki bulan keempat.
Para petani hanya berharap air bor untuk mengairi sawahnya. Itupun kalau debit airnya lancar, apalagi musim kering sekarang juga berimbas pada kesulitan mendapatkan air dari dalam tanah.
Seorang petani Fabianus Noe mengaku sulit mengatasi padi yang terkena bencana kekeringan ini. Ia hanya berharap hujan cepat turun untuk mengairi sawahnya.
Diceritakan Fabianus Noe, usia tanaman padi miliknya sudah 3 bulan lebih. Air sempat mengalir sedikit pada pekan pertama setelah tanam.
“Bulan maret lalu kami tanam MT2 pakai air bor, itupun keluarnya kecil akibat musim kemarau ini. Sumber mata airnya di bagian barat sawah tetapi sekarang sudah tidak ada lagi karena kering. Kami jadi sulit mendapatkan air, tanaman padi juga terancam gagal tumbuh” tutur Noe, Sabtu (26/8/2023).
Hal serupa juga dikatakan Gabriel Ombos, warga Jati yang dua petak tanaman padinya puso akibat kekeringan.
Ia mengaku, dirinya sedang berusaha mencari sumber mata air untuk bor sembari berharap hujan turun secepatnya, karena jika dibiarkan kekeringan ini akan berdampak pada gagal panen.
“Saya punya dua petak ancur semua. Masih punya harapan untuk tumbuh, tetapi sama halnya bohong jika tidak ada pasokan air. Kalau tidak ada air maka yang terjadi adalah gagal tumbuh dan gagal panen” kata Gabriel.
Belum ada laporan resmi
Terpisah Kepala Bidang Perencanaan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Manggarai, Adrianus Husen mengaku belum mendapatkan informasi dari Lurah, Kepala Desa ataupun Camat tentang laporan ancaman gagal panen di 12 Kecamatan akibat kekeringan.
“Sampai dengan dasarian ketiga di akhir Agustus belum ada laporan dari camat tentang gagal tumbuh atau gagal panen yang terjadi di 12 kecamatan” ujar Adrianus.
Saat ini pihaknya sedang berkordinasi dengan BMKG untuk mengetahui sejauh mana lamanya musim kemarau.
Berdasarkan informasi BMKG, kata Adrianus, musim kering di Manggarai masih dalam kategori siaga. Karena itu pihaknya terus bersiaga terkait dampak musim kemarau (js).