Tolak Geothermal, Warga Pocoleok Serempak Tanam Kopi dan Ubi

Aksi warga Pocoleok tanam serempak pangan lokal (Ist)

Manggarai– Dalam rangka deklarasi Hari Tani Nasional tahun 2023, Aliansi Masyarakat Adat Pocoleok di Manggarai Nusa Tenggara Timur (NTT) melakukan  penanaman pangan lokal secara serempak, Senin (25/9/2023).

Aksi menanam kopi, cengkeh dan umbi-umbian oleh ratusan warga Pocoleok sebagai kampanye pangan lokal sebagai penopang perekonomian warga di sana sehari-hari.

Warga menanam di 3 lingko (lahan komunal) yakni lingko Tanggong, lingko Mesir dan lingko Lapang. Warga membawa serta bibit tanaman dan peralatan kerja.

Selain sebagai lahan pertanian tempat-tempat tersebut memang memiliki keterkaitan adat dan budaya pertanian Pocoleok secara turun-temurun.

Bukti peninggalan leluhur Pocoleok pada lokasi-lokasi tersebut berupa bekas perkampungan, pekuburan para leluhur, mata air dan batu mezbah.

Keberadaan 3 lingko tersebut terikat dan terhubung dalam satu filosofi kehidupan ‘Lampek Lima’ seperti mbaru bate ka’eng (rumah), natas labar (halaman), uma duat (kebun), wae teku (mata air), dan compang takung (altar persembahan).

Baca juga  Viral! Massa Poco Leok Adang Mobil Polisi yang Kawal Petugas PLN 

“Pocoleok tidak boleh terpecah oleh hasutan-hasutan dari pihak manapun. Petani Pocoleok berdaulat di atas tanahnya sendiri,” kata tokoh muda Lungar Pocoleok, Yudi Onggal.

Tolak geothermal

Aksi penanaman pangan lokal juga menjadi bentuk perlawanan warga atas tindakan sepihak Pemda Manggarai dan PT PLN (Persero) yang dituding merampas tanah ulayat dan ruang hidup warga Pocoleok untuk kepentingan pembangunan proyek geothermal.

Sebagaimana diketahui, Pocoleok menjadi daerah yang ditunjuk pemerintah sebagai wilayah panas bumi melalui SK penetapan lokasi yang diterbitkan oleh Bupati Heribertus Nabit.

Sesikitnya ada 4 tapak pengeboran panas bumi di Pocoleok, yakni welpad D di lingko Tanggong milik gendang(rumah adat) Lungar, welpad E di lingko Lelak, welpad F di lingko Mesir milik gendang Mesir dan Ncamar, dan welpad G di Desa Wewo, menggantikan Lingko Lapang, milik gendang Mocok.

Baca juga  Aksi Tolak Geothermal Berlanjut, Massa Adang Aparat dan Tim dari PLN

Berstatus proyek strategis nasional, proyek tersebut bakal menyerap anggaran Rp4 triliun dana pinjaman PLN dari Bank Jerman.

Proyek tersebut merupakan perluasan dari PLTP Ulumbu 2×40 MW atau empat kali lebih besar dari daya yang dihasilkan oleh geothermal Ulumbu sebesar 10 MW yang beroperasi sejak 2011 lalu.

Proyek ini diklaim sangat berisiko bagi 2000-an jiwa penduduk yang tersebar di 14 kampung adat Pocoleok. Pernyataan penolakan disuarakan oleh solidaritas warga 10 gendang, yakni gendang Mucu, gendang Mocok, gendang Mori, gendang Nderu, gendang Cako, gendang Ncamar, gendang Rebak, gendang Jong, gendang Tere, dan gendang Lungar.

Tercatat, sudah 17 kali warga melakukan aksi protes di lokasi.

“Maka dalam momentum Hari Tani Nasional inilah kami Aliansi Masyarakat Adat Pocoleok turut merayakannya secara kolektif sebagai kaum tani yang terus terancam kehilangan ruang hidupnya akibat proyek strategis nasional yang hakikatnya adalah program perampasan ruang hidup kaum tani,” tegas Yudi Onggal.

Baca juga  'Merdeka Tanpa Geothermal' Menggema di Tengah Upacara HUT Kemerdekaan Warga Pocoleok

6 tuntutan

Dalam siaran pers yang diterima, Aliansi Masyarakat Adat Pocoleok menyatakan 6 tuntutan :

1. Cabut SK Bupati Manggarai Nomor HK/417/2022 Tentang Penetapan WKP Untuk Perluasan PLTP Ulumbu di wilayah Pocoleok.

2. Hentikan seluruh aktivitas PLN dan aparat keamanan yang berkaitan dengan geothermal di wilayah adat Pocoleok.

3. Hentikan intimidasi dan politik pecah belah PLN beserta kepolisian terhadap masyarakat adat Pocoleok.

4. Hentikan pendanaan Bank Kfw Jerman terhadap proyek geothermal fi tanah Flores.

5. Cabut Kepmen ESDM tentang penetapan Flores sebagai pulau geothermal karena hal ini adalah bentuk perampasan ruang hidup masyarakat Pocoleok.

6. Hentikan upaya sertifikasi tanah-tanah komunal (lingko) di wilayah Pocoleok oleh pihak ATR/BPN. (js)

Tag: