Eks Napi Terorisme Asal Matim : NTT Salah Satu Jalur Penyebaran Paham Radikal

Foto tangkapan layar Yanto, eks terpidana terorisme anggota JI (Sumber : Youtube)

Manggarai Timur– Yanto, eks terpidana kasus terorisme mengungkapkan, wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan jalur penyebaran paham radikal.

Pria kelahiran Desa Biting Kecamatan Elar Kabupaten Manggarai Timur Nusa Tenggara Timur itu bilang menjadi anggota Jamaah Islamiyah (JI) sejak tahun 2014.

Di dalam tubuh JI, Yanto merupakan perekrut anggota untuk organisasi teror yang dikenal terbesar di Asia Tenggara itu. Yanto kemudian ditangkap Densus 88 Anti Teror pada awal 2020 dan dipidana penjara selama 2,5 tahun.

Menurut dia, doktrin radikalisme begitu cepat menyusup ke lembaga pendidikan seperti pesantren dan kampus. Yanto sendiri merupakan bagian dari tim perekrut pelaku teror di organisasi JI.

“Termasuk saya menjadi orang yang direkrut oleh Jemaah Islamnya di tahun 2014 waktu kami awal masuk dulu ya saya direkrut tidak serta merta saya diajak ayo kita bergabung Jamaah Islamiah buat ini buat itu tidak seperti itu tentu dia ya memahami betul dari sisi mana kelemahan-kelemahan kita enggak ada, sisi itulah yang dia masuk pada kita semuanya,” kata Yanto dalam tayangan Youtube Suluhtimur Media yang dilihat Sabtu (23/12/2023).

Baca juga  Truk Terbalik di Biting, Supirnya Meninggal

Dalam video tersebut, Yanto juga menceritakan kenapa dia sampai terpapar ideologi radikal.

“Kenapa saya bisa terpapar paham radikalisme ya kemudian intoleran sampai menjadi bagian daripada pelaku teror. Waktu itu di tahun 2014 setelah saya lulus kuliah di Jawa sana saya bekerja di salah satu perusahaan di Jawa yang ternyata notabenenya perusahaan itu adalah milik salah satu kelompok organisasi teroris terbesar se-asia Tenggara, Jamaah Islamiah,” tuturnya.

 NTT waspada

Disampaikan Yanto, wilayah NTT merupakan salah satu target dalam peta penyebaran radikalisme pada Jamaah Islamiyah mengingat NTT anggota Mantiki 2 meliputi Jawa, Bali, NTB dan NTT.

“Jadi ende ema ase kae (bapa mama saudara saudari)  yang saya hormati, ternyata NTT ini termasuk daripada bagian wilayah dalam peta perekrutan untuk menjadi anggota daripada kelompok-kelompok radikal yang ada di Indonesia,” tuturnya.

Untuk wilayah Manggarai Raya ( Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur) tekan dia, menjadi bagian dari jalur yang patut diwaspadai.

Baca juga  Truk Terbalik di Biting, Supirnya Meninggal

“Melalui apa melalui wadah apa dia datang ke Manggarai ini?. Jadi Kelompok-kelompok radikal itu dia bukan hanya datang atau masuk ke satu wilayah melalui organisasi-organisasi Islam tidak juga,dia bisa masuk lewat lembaga-lembaga sosial ya, selama ini banyak berseliweran lembaga-lembaga sosial yang begitu banyak macam namanya datang ke Manggarai ini dan saya tahu itu dan saya sudah sampaikan bahwasannya ya untuk langkah-langkah pencegahan mari kita sama-sama untuk mencegah,” imbuhnya.

Selain melalui aksi-aksi sosial, ideologi radikal disusupkan ke Lembaga pendidikan semisal pesantren dan kampus.

“Kemudian melalui pendidikan bagaimana anak-anak di Manggarai ini mereka apa namanya mereka sekolahkan di Jawa sana kemudian mereka arahkan ke pesantren- pesantren ke sekolah-sekolah yang notabenenya ada kaitannya ada hubungannya dengan kelompok-kelompok radikal yang ada di Jawa sana,” imbuhnya.

Yanto pun berpesan kepada para orang tua yang mengirimkan anaknya bersekolah di pesantren atau kampus di Pulau Jawa agar dibekali dengan nilai keagamaan yang kuat.

Baca juga  Truk Terbalik di Biting, Supirnya Meninggal

“Bapak Ibu yang saya muliakan, untuk mengantisipasi itu jangan sampai anak-anak kita yang kita kirim sekolah ke Jawa itu atau keluar Manggarai ini ya mereka terpapar dengan ideologi radikal. Jangan sampai mereka Salah memilih guru. Sebenarnya mereka ingin belajar agama cuman salah memilih guru,salah memilih teman begitu ada satu orang di kampus misalnya  yang terpapar ideologi radikal dia mengajak teman yang lainnya temannya mengajak lagi lama-lama mereka membuat perkumpulan di kampus,” sebutnya.

Janji setia kepada NKRI

Yanto yang “bertobat” selepas bebas pada akhir 2022 aktif dalam kegiatan deradikalisasi demi mencegah tumbuh kembangnya paham radikal. Sejak hijrah, Yanto berkomitmen kembali setia kepada NKRI.

“Saya orang Manggarai Timur ataupun Manggarai pertama kali yang terlibat dalam kasus terorisme dan saya berkeyakinan dan saya selalu berdoa bahwasanya saya adalah orang yang pertama kali dan yang terakhir kali menjadi pelaku teror yang berasal dari Manggarai Timur itu komitmen yang sudah saya bangun ya terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia dan terhadap ende ema ase kae (bapa mama saudara saudari) yang ada di Manggarai Timur,” katanya. (js)

Tag: