Manggarai Timur– Gadis belia itu sumringah, ramah menyambut kawanan tetangga yang datang memberi ucapan selamat Natal. Di antara para pria ada seorang mama-mama merangkul Yaya membisikkan kalimat peneguhan.
Selepas misa hari Natal 25 Desember 2023, pewarta juga berkesempatan menyambangi Yaya di rumahnya di RT 04 RW 02 Desa Bangka Pau Kecamatan Lambaleda Selatan Manggarai Timur Nusa Tenggara Timur (NTT).
Yaya dan adiknya Angelo menjadi yatim piatu setelah Ayahanda Hubertus Neja meninggal pada Agustus 2023. Kematian Hubertus dengan mendiang istrinya Ninik Nuriani yang meninggal lebih dulu hanya berselisih 1,5 tahun. Ninik yang berasal dari Jember Jawa Timur meninggal pada Februari 2023 karena sakit.
Yaya merupakan siswi Kelas IX SMP Negeri 1 Pocoranaka. Sedangkan adik semata wayangnya Angelo Dwiyatmo Yunetz, usia 6 tahun, saat ini masih duduk di bangku kelas I SD Inpres Bealaing. Kakak beradik itu hidup berdua di rumah peninggalan orang tua mereka.
Sepintas Yaya terlihat cekatan melakoni rutinitas ala-ala ibu rumah tangga. Itu terlihat dari lantai dapurnya yang bersih, piring dan gelas tertata rapi di rak.
Usai mempersilakan tamu-tamunya duduk, remaja 14 tahun itu bergegas ke dapur untuk membuat kopi. Sejurus kemudian dia menyuguhkannya di meja. Kopi hitam tanpa gula pemberian tetangga pada beberapa hari sebelum Natal. Para tamu yang menyeruput kopi buatan Yaya spontan memuji. Mereka bilang, kopi buatan Yaya tak kalah dengan seduhan mama-mama di Bealaing.
“Kopi enak sekali ini e. Ayo minum,” puji seorang tamu.
Pujian itu lantas dibalas Yaya “Maaf om hanya kopi saja itu tidak ada gula. Maaf tidak ada kuenya juga,” ucap anak 14 tahun itu bernada pelan.
Natal pertama tanpa ayah ibu
Ini menjadi Natal pertama Yaya dan Angelo tanpa sosok ayah dan ibu. Adapun pernak-pernik Natal yang terpampang di ruang tamu seperti kandang Natal dan pohon Natal merupakan sisa karya tangan Hubertus pada perayaan Natal tahun 2022 lalu dan dipasang kembali oleh Yaya dua pekan sebelum Natalan.
Pemilik nama panjang Maria Goreti Beatriani ini tidak menyiapkan menu khusus seperti yang lazim disiapkan ayah ibunya ketika masih hidup. Di dalam dapur kecil itu hanya ada dua panci di atas kompor berisi nasi putih yang sudah dingin dan sayur singkong.
Beberapa hari sebelum Natal, Yaya dan Angelo lebih sering berada di rumah kerabat dekat ayahnya. Ia diminta tantenya membantu membuat kue Natal. Sementara di rumahnya sediri Yaya tidak menyiapkan kue apapun.
“Tidak ada apa-apa di rumah karena memang saya beberapa hari ini lebih banyak di rumah tante membantu buat kue kecil di sana,” katanya ketika diajak berbincang.
Menjadi pribadi yang kuat
Menyandang yatim piatu di kala usia masih sangat belia tentu sebuah realitas yang sulit diterima. Roda hidup serasa berhenti berputar. Keping-keping harapan tak lagi bergelora. Mimpi-mimpi akan masa depan hiatus, itu berlangsung sampai misa 40 hari mengenang kepergian Ayahanda tercinta.
Perlahan, Yaya menyadari peran orang tua kini diletakkan pada pundaknya meskipun Yaya sendiri belajar mandiri sepeninggalan Ibunda tercinta. Yaya terbiasa berbagi waktu antara mengurus rumah, memasak dan mengajari adiknya Angelo baca dan tulis sampai lancar. Begitu ayahnya wafat, Yaya tidak kelimpungan.
Yaya dan Angelo terbiasa dengan hari-hari sunyi yang bakal panjang di dalam rumah peninggalan orang tuanya. Tapi yang pasti Angelo menjadi prioritas utamanya.
“Sudah terbiasa urus rumah sejak mama meninggal pada Tahun 2022. Mama meninggalnya bulan 2 Tahun 2022. Kemudian papah meninggal bulan 8 kemarin (Agustus 2023). Jadi semua saya kerjakan sendiri, membersihkan rumah, mencuci, dan terpenting mengurusi Angelo. Sekolah dan belajar tetap nomor satu,” kata Yaya.
Yaya berkomitmen menuntaskan setiap jenjang pendidikan bagi dirinya dan Angelo kelak.
“Bersyukur saja kita masih hidup masih bisa melakukan aktivitas seperti biasa bersama keluarga dan tetangga. Untuk papah dan mama yang sudah pergi kita kasih doa saja. Memang harus mengenang mereka mengingat mereka tapi jangan terlalu berlebihan karena bisa bikin kita drop karena selalu mengingat mereka,” tuturnya.
“Puji Tuhan semua kekurangan sana-sini bisa diatasi berkat kebaikan tetangga dan bapa kecil (paman),” imbuhnya seraya mengakui semua kebutuhan dia dan Angelo selama ini bersumber dari bantuan tetangga dan keluarga dekat.
Butuh perhatian pemerintah
Bagi tetangga dan warga sekitar, Yaya dan Angelo diperhatikan khusus meskipun mereka membantu dari kekurangan juga. Kebutuhan harian seperti beras sayur dan uang jajan dibantu tetangga dan kerabat dekat.
Tetangga tentu berempati karena status yatim piatu dan karena kakak beradik ini tinggal berdua saja dan harus tetap bersekolah. Yaya dinilai pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab.
“Anak-anak berdua ini baik. Sejak kepergian orang tua mereka mandiri sekali jadi menjalani kehidupan apa adanya saja bisa bertanggung jawab untuk adiknya. Kami sebagai tetangga juga terkadang membantu sebisa kami tapi kesan kami sebagai tetangga anak berdua ini anak baik bertanggung jawab,” aku Alfianus Sawal, tetangga dekat Yaya.
Dia pun berharap, Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur dapat memberi bantuan khusus untuk penyandang yatim piatu seperti Yaya dan Angelo. Bantuan yang diharapkan yakni selain jaminan hidup bersifat jangka panjang juga beasiswa sekolah sampai tingkat perguruan tinggi.
“Mudah-mudahan pemerintah turun tangan menyikapi anak yatim piatu seperti Yaya dan Angelo yang masih kecil tapi tinggal sendiri. Mudah-mudahan apa yang mereka bisa menggugah nurani pemerintah bisa bantu paling tidak untuk bisa bertahan hidup anak ini dan pendidikan mereka sampai perguruan tinggi,” harapnya.
Ditambahkan Alfianus, Yaya tercatat sebagai penerima bantuan langsung tunai (BLT) di Desa Bangkapau sejak November 2023.
“Anak Yaya ini sudah terima BLT bulan lalu sebesar Rp600 ribu. Harapan ke depan ada bantuan rutin untuk mereka,” tutup Sawal. (js)