Manggarai- Mengawali orasinya, bakal calon Bupati Manggarai Nusa Tenggara Timur Yohanes Halut melempar candaan betapa dia mulus mendapat dukungan partai Gerindra sampai-sampai partai besutan Prabowo Subianto itu tidak membuka pendaftaran bagi yang lain.
“Saya boleh memuji diri dulu. Partai mana di Manggarai yang tidak membuka pemdaftaran? Hanya Gerindra. Saya mendapat dukungan penuh dari Bapak Prabowo Subianto ,presiden terpilih kita dan DPP Gerindra amat menyayangi saya. Partai tidak membuka pendaftaran bagi yang lain hanya saya. Gerindra dan Pak Prabowo adalah guru politik saya,” kata Yohanes Halut di depan seribuan massa pendukungnya dalam acara Kapu atau penyambutan bakal calon wakil bupati Thomas Dohu di Gendang (rumah adat) Ka Sama Ruteng, Selasa 13 Agustus 2024.
Yohan yang pada 3 September 2024 mengakhiri periode ketiganya sebagai anggota DPRD NTT mengatakan maju pilkada bersama balon wabup Thomas Dohu untuk meneruskan misi pengabdian.
“Setelah 3 September 2024 saya tidak mau menjadi penganggur politik. Saya akan meneruskan misi pelayanan saya, bekerja untuk rakyat. Saya dan Pak Thom tidak boleh menyiakan sokongan 3 partai ini Gerindra,NasDem dan Hanura ditambah doa dan dukungan bapa mama sekalian. Paka lobo watun perjuangan hoo ( semoga perjuagan ini berhasil),” seru Halut dibalas tepuk tangan massa di dalam tenda.
Pria 43 tahun ini memberi arti politik sebagai bertemunya konsep dan gagasan yang secara kontekstual bergerak bersama rakyat menuju cita-cita bersama.
Dalam kesempatan itu Yohanes Halut mengaku betapa ia membutuhkan partisipasi semua pihak mengurus tanah ‘Nuca Lale’ jika ia dan Thomas terpilih dalam pilkada serentak 27 November 2024.
“Kalau pilkada berkiblat pada ungkapan bolek loke baca tara (kesejahteraan) berarti itu pekerjaan besar, maka calon kepala daerah harus menyediakan tempat kosong dalam otaknya untuk menampung konsep dan gagasan entah dari para akademisi, teman-teman media dan elemen lainnya. Teman-teman media harus bisa menjadi pengeritik yang baik sekaligus teman diskusi yang solutif,” cetusnya.
Politik anggaran ibu rumah tangga
Yohanes Halut selama 15 tahun berpengalaman sebagai legislator yang pastinya paham betul mengenai strategi anggaran.
Dalam orasinya Halut mengaku was-was dengan kondisi APBD Mangarai yang selalu bergerak di angka Rp1,2 triliun tiap tahun.
Kondisi tersebut tentu disesuaikan dengan efisiensi anggaran dalam filosofi Pati Gici Arit Wingke Gici Iret yang berarti adil dan merata.
Pada konteks mengelola anggaran yang penuh keterbatasan itu, Halut bilang ia berguru dan berpedoman pada ibu rumah tangga yang berlaku adil terhadap anak-anaknya.
“Politik yang saya pakai adalah politik anggaran ibu rumah tangga catat! Apa maksudnya? Karena pemimpin pasti harus adil memperhatikan 12 Kecamatan di Kabupaten Manggarai. Tapi ibu rumah tangga yang paling tahu berapa kekuatan anggaran di dalam rumah untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Ibu rumah tangga yang tahu mengirit supaya menghidupi semua anak-anaknya. Uang tidak lihat besar dan kecilnya dan untuk anak-anaknya seorang ibu akan berlaku adil,” seru Yohanes Halut membuat massa pendukungnya berdiri dan bertepuk tangan.
“Pada saatnya saya menyiapkan otak kosong supaya masyarakat yang akan mengisinya. Jika terpilih harus dikemanakan Kabupaten Manggarai ini saya masih menunggu pikiran dari bapak ibu. Sekali lagi saya bilang pekerja bersama kita adalah menyangkut rencana berpikir kandidat rencana berpikirnya akademisi rencana berpikirnya teman-teman media,” lanjutnya.
Acara Kapu Thomas bakal calon wakil bupati Thomas Dohu dilangsungkan di Gendang Ka Sama. Acara itu diawali dengan konvoi ratusan kendaraan dari Kilo Lima, mengarak kandidat Yohanes Halut-Thomas Dohu melewati ruas dalam pusat kota Ruteng.
Rangkaian acara penyambutan diawali dengan tuak curu (pengalungan dan meminum tuak) di Pa’ang atau gerbang kampung Ka Sama.
Sedang di dalam Gendang, para tokoh adat dalam balutan sarung songke, kemeja putih dan berdestar duduk bersila di bawah Siri Bongkok (tiang pancang) menyambut Thomas dan keluarga besarnya dari Lempis Cibal.
Kedatangan Thomas Dohu dan keluarganya di dalam rumah adat disambut Ndundundake Gong dan Gendang. (js)