Pernahkah Anda bertanya-tanya apakah aman meminum obat setelah mengonsumsi susu? Pertanyaan sederhana ini ternyata memiliki jawaban yang lebih kompleks dari yang dibayangkan. Kebiasaan sehari-hari yang tampak sepele ini dapat berdampak signifikan pada efektivitas pengobatan dan kesehatan Anda secara keseluruhan.
Mengapa Kombinasi Obat dan Susu Perlu Diwaspadai
Profesor Zullies Ikawati, Guru Besar Farmasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), memberikan penjelasan mendalam mengenai interaksi antara obat dan susu. Menurutnya, praktik meminum obat segera setelah mengonsumsi susu sebaiknya dihindari, terutama bila jenis obat yang dikonsumsi belum diketahui secara spesifik.
“Tidak semua obat berinteraksi negatif dengan susu, namun beberapa jenis obat dapat mengalami gangguan penyerapan akibat kalsium atau komponen lain yang terkandung dalam susu,” jelas Prof. Zullies dalam wawancara eksklusifnya pada Rabu, 4 Juni 2025.
Susu mengandung berbagai mineral seperti kalsium, magnesium, dan protein kasein yang dapat mengikat molekul obat di saluran pencernaan. Proses pengikatan ini mengakibatkan penurunan bioavailabilitas obat, sehingga tubuh tidak dapat menyerap obat secara optimal.
Jenis Obat yang Rentan Terhadap Interaksi Susu
Beberapa kategori obat memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap interaksi dengan susu. Antibiotik golongan tetrasiklin, seperti doksisiklin, merupakan salah satu contoh utama. Kalsium dalam susu dapat membentuk kompleks dengan antibiotik ini, mengurangi penyerapannya hingga 80 persen.
Obat-obatan lain yang perlu mendapat perhatian khusus meliputi fluoroquinolon (seperti siprofloksasin), obat osteoporosis seperti alendronat, dan obat tiroid seperti levotiroksin. Setiap obat ini memiliki mekanisme interaksi yang berbeda dengan komponen susu, namun semuanya berpotensi mengalami penurunan efektivitas.
Menariknya, tidak semua obat terpengaruh oleh konsumsi susu. Paracetamol dan beberapa jenis obat lambung termasuk dalam kategori yang relatif aman, meskipun Prof. Zullies tetap merekomendasikan penggunaan air putih sebagai media terbaik untuk mengonsumsi obat.
Strategi Cerdas Mengatur Konsumsi Obat dan Susu
Bagi mereka yang memerlukan konsumsi obat rutin namun juga ingin menikmati manfaat susu, Prof. Zullies menawarkan solusi praktis. Jeda waktu minimal 1-2 jam antara konsumsi susu dan obat menjadi kunci utama untuk menghindari interaksi yang merugikan.
Waktu jeda ini memberikan kesempatan bagi sistem pencernaan untuk memproses susu terlebih dahulu, sehingga ketika obat dikonsumsi, risiko interaksi dapat diminimalkan. Strategi sederhana ini dapat membuat perbedaan signifikan dalam keberhasilan terapi pengobatan.
Risiko mengabaikan aturan ini tidak sepele. Penurunan efektivitas obat dapat menyebabkan kegagalan terapi, perpanjangan masa sakit, atau bahkan resistensi antibiotik pada kasus penggunaan antibiotik. Investasi waktu untuk memberikan jeda antara konsumsi susu dan obat merupakan langkah kecil dengan dampak besar bagi kesehatan.
Pemahaman terhadap interaksi obat-makanan, khususnya dengan susu, menjadi semakin penting di era modern ini. Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya nutrisi dan pengobatan yang tepat, informasi seperti ini membantu masyarakat membuat keputusan kesehatan yang lebih bijaksana dan terinformasi.
