Dalam peristiwa yang mengejutkan dunia, Amerika Serikat telah melakukan serangan besar terhadap fasilitas nuklir Iran, memicu pertanyaan mendesak tentang sisa program nuklir Tehran dan bagaimana respons militer yang sudah melemah itu akan bereaksi. Ini menandai sebuah perubahan dramatis dalam konflik yang telah lama dihindari oleh AS, dengan implikasi yang luas untuk upaya global dalam mencegah penyebaran senjata nuklir.
Konsekuensi Global Serangan AS
Setelah AS melancarkan serangan dengan misil dan bom bunker-buster berbobot 30,000 pon ke tiga situs nuklir Iran, pasar global bereaksi dengan meningkatnya harga minyak, sementara para pengamat memperingatkan tentang risiko konflik regional yang lebih luas. Duta besar Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani, dalam sebuah pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB, mengklaim bahwa AS “”telah menghancurkan diplomasi.”” Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, terbang ke Moskow untuk koordinasi dengan Rusia, sekutu dekat Iran.
Reaksi Militer dan Diplomasi
AS, yang semula menunjukkan indikasi untuk memulai kembali pembicaraan diplomatik, kini berada di bawah pemerintahan Trump yang berubah sikap setelah serangan. Menteri Luar Negeri Marco Rubio menyerukan pertemuan langsung, sementara Menteri Pertahanan Pete Hegseth menegaskan bahwa AS “”tidak mencari perang.”” Namun, ketegangan meningkat ketika Presiden Donald Trump menyatakan kemungkinan perubahan rezim di Iran jika Tehran membalas serangan terhadap pasukan AS.
Detil Serangan dan Kerusakan
Serangan yang diakui oleh Organisasi Energi Atom Iran ini menghantam fasilitas pengayaan Fordo dan Natanz, serta situs nuklir Isfahan. Meskipun Trump mengklaim AS telah “”menghancurkan sepenuhnya”” situs-situs tersebut, Pentagon melaporkan kerusakan yang “”sangat parah dan berkelanjutan.”” Juru bicara militer Israel, Effie Defrin, mengatakan “”kerusakan sangat dalam,”” namun penilaian bersama dengan AS masih berlangsung. Rafael Mariano Grossi, kepala Badan Energi Atom Internasional, menekankan bahwa inspektur IAEA harus diizinkan untuk memeriksa situs tersebut.
Operasi militer ini menandai keterlibatan langsung AS dalam konflik yang selama beberapa dekade berusaha dihindarinya. Keberhasilan bisa berarti mengakhiri ambisi nuklir Iran dan menghilangkan ancaman negara terakhir yang signifikan terhadap keamanan Israel, sekutu dekatnya. Kegagalan, atau tindakan berlebihan, dapat menjerumuskan AS ke dalam konflik panjang dan tak terduga lainnya.
Iran dan Israel: Serangan Lanjutan
Pasukan Garda Revolusioner Iran meluncurkan barisan 40 misil ke Israel, menurut laporan, termasuk Khorramshahr-4 yang dapat membawa beberapa hulu ledak. Di sisi lain, militer Israel mengatakan telah kembali menyerang situs infrastruktur militer di Tehran dan barat Iran. Serangan ini merupakan bagian dari serangan terbesar Israel terhadap Iran yang dimulai pada 13 Juni, menyebabkan kerusakan signifikan pada kapabilitas pertahanan dan ofensif Iran.
Dengan keadaan yang terus berkembang dan reaksi global yang menyerukan penghentian kekerasan, dunia menunggu untuk melihat bagaimana konflik ini akan berkembang selanjutnya dan dampaknya terhadap stabilitas regional dan global.