Pewarta (an) Menunggangi Kepentingan Kristus

Namun kepekaan pewarta terhadap perkembangan zaman menjadi kunci agar pewartaannya dapat diresapai dan menyentuh penerima. Maka apa yang diharapkan oleh ketua Program Studi Pendidikan Teologi, Pater. Oswaldus Bule, SVD tentang seminar tersebut berangsur-angsur terwujud. Dalam prilis yang diterima oleh penulis, Pater Os berharap dengan adanya seminar  tersebut para pewarta dan umat beriman katolik di Manggarai sungguh-sungguh berakar dalam Sang Sabda, menjadi penghidup, pewarta, dan penyaksi Sabda.

Kepekaan pewarta untuk memahami konteks pewartaan sangat dibutuhkan. Pewartaan akan menjadi mudah bila pewarta berani masuk, mengenali dan menggali tantangan penerima dari segi sosial, budaya, politik, ekonomi dan ekologi. Pater. John M. Prior, SVD mengatakan Situasi budaya, ekonomi, politik dan ekologi adalah locus pewartaan. Oleh karena itu, agar pewartaan itu diterima dan diresapi, penting bagi seorang pewarta untuk mengenal konteks-kontes tersebut. Seorang perwarta harus berani berada dalam setiap konteks, mengenal konteks, menggali nilai dari semua situasi hidup yang dialami oleh setiap penerima, dan mendengarkan suara kebijaksaanaan hati. Karena itu penting bagi Gereja untuk terlibat dan hadir dalam kegiatan afirmatif dengan melibatkan kaum awam.

Baca juga  Satu Tubuh Banyak Anggota: Beragam Sebagai Kekayaan

Ini yang disebut oleh Pater Peter C. Aman, OFM dalam materinya bahwa  keterlibatan Gereja dalam kegiatan afirmatif agar Gereja tidak terkesan ekslusif; kegiatan-kegitan afirmatif itu dapat melalui kegiatan aksi sosial, pemberdayaan masyarakat serta membangun kebersamaan hidup, demi menyelamatkan diri dari kecemburuan, antipati dan penolakan.

Pewarta adalah pendengar dan pendengar adalah pewarta. Saat seseorang mewartakan (kerygma) Firman dia disebut pewarta. Melaksanakan dengan nyata apa yang telah di-Firmankan adalah buah dari kerelaan mendengar dalam kedalaman hati. Pendengar  dapat mewartakan Firman apa yang telah dibaca dan didengar. Bahwa “kerajaan Allah menampakan diri kepada orang-orang dalam sabda,karya dan kehadiran Kristus”, sabda Tuhan ibarat benih yang ditaburkan di ladang (keterbukaan hati adalah ladang Firman) mereka yang menerima (mendengar-Nya) adalah menerima Kristus itu sendiri, kemudian benih itu bertunas dan berkembang dlaam kebijaksanaan hati, dan berbuah dalam kesaksian hidup (LG.5).

Baca juga  Belajar dari Anggota Tubuh Membangun Iklim Sosio-Harmonis (Interprestasi Kontekstual IKOR: 12: 12-31)
Beri rating artikel ini!
Tag: